Infokom DPP PPNI - Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) konsisten dalam memberikan motivasi bagi anggotanya yang sedang bertugas dalam menangani wabah Covid-19, termasuk pula menghindari dampak yang tidak diinginkan bersama.
Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI secara kontinyu mengedukasi anggotanya melalui kegiatan Daily Zoominarnya agar menjadi perawat yang tangguh saat menghadapi situasi pandemi Covid-19.
Kali ini pada Zoominar DPP PPNI episode ke 157 mengangkat tema Stres & Dampak Psikososial Pandemi Covid-19, menghadirkan narasumber Dharmayati B. Utoyo bersama Atik Puji Rahayu, dengan dipandu Fajar Susanti sebagai moderator.
“Hari ini perawat yang terinfeksi sudah 3.300 lebih, yang wafat 118 orang. Kita doakan mereka yang terkomfirmasi positif segera sembuh dengan cepat dan diangkat penyakitnya, sehingga dapat kembali di tengah-tengah pelayanan kita,” ungkap Harif Fadhillah saat menjadi Keynote Speaker pada Zoominar DPP PPNI ke 157 melalui kanal Youtube Bapena PPNI, Selasa (17/11/2020).
“Karena teman kita yang saat ini memberikan pelayanan, berjibaku dengan berbagai problema baik fisik, fsikososial yang mereka alami dengan beban yang cukup tinggi,” lanjutnya.
Bagi almarhum dan almarhumah yang telah wafat, Harif Fadhillah mengajak untuk berdoa bersama supaya husnul khotimah, ditempatkan yang layak disisi Tuhan, selayaknya pahlawan kemanusiaan, dan selalu meneruskan perjuangan dari alm/almh.
Disampaikannya, dengan belum turunnya prevalensi wabah Covid-19 ini yang terkait infeksi atau potensinya, maka pentingnya menjaga kesehatan khususnya bagi perawat agar tetap terjaga kesehatan masing-masing.
“Jangan sampai perawat menjadi sumber penularan, terapkan PPI (Pencegahan, Pengendalian, Infeksi) di tempat kerja, dan menjadi role model di tengah lingkungan kita,” harap Harif Fadhillah.
“Dengan memberikan contoh penerapan protokol kesehatan melalui 3 M (Mencuci tangan, Memakai masker, dan Menjaga jarak) minimalnya, optimalnya 4 sehat 5 sempurna, ditambah olah raga, memakan makanan yang sehat, istirahat yang cukup dan selalu berpikiran positif dari setiap kondisi,” sambungnya.
Menurutnya pada hari ini topiknya luar biasa tentang Stres & Dampak Psikososial Pandemi Covid-19, panitia telah mendatangkan pakar yang luar biasa agar bisa belajar dan menimbah ilmu untuk diterapkan, tentu saja di lapangan baik dalam memberikan pelayanan maupun untuk diri sendiri.
Diterangkannya, pada awal pandemi sekitar bulan April 2020, bahwa Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI) bekerja sama dengan Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia (UI) melakukan survey yang melibatkan 2.132 responden.
“Berdasarkan hasilnya, bahwa 55 % lebih disimpulkan mengalami stress dan depresi. Dengan perincian gejala diantaranya sakit kepala, kehilangan nafsu makan, tidur tidak nyenyak, mudah merasa ketakutan, cemas, tegang, mudah lelah dan lainnya, jadi ada sekitar 12 keluhan yang muncul,” sebutnya.
Ditambahkannya, bahwa perawat Indonesia memang terbiasa dengan bekerja di situasi tekanan, namun berbeda dengan perawat yang berada di luar negeri, yang mana diketahui melakukan tindakan-tindakan yang sepertinya tidak wajar dalam situasi tekanan tersebut.
Harif Fadhillah merasa kagum dan mengatakan hingga saat ini tidak terjadi tindakan perawat yang tidak diinginkan akibat situasi tekanan. Hal inilah menunjukkan bahwa kekuatan dan ketangguhan perawat Indonesia masih tetap terjaga.
Namun demikian dengan panjangnya masa pandemi yang sudah dilewati ini, Harif Fadhillah beranggapan kemungkinan akan ada potensi-potensi yang terjadi, yaitu baik itu kekelahan fisik maupun psikologis dalam menghadapi pandemi ini.
Oleh karena itu, diingatkannya pula kepada teman semua untuk menjadi seorang perawat yang tangguh, dengan diperlukannya fisik maupun psikologis yang baik.
Dijelaskannya pula, bahwa adanya faktor-faktor bagaimana menggunakannya dengan baik agar menjadi perawat yang tangguh, yaitu dengan cara memunculkan rasa optimisme, spiritual yang tinggi, adanya penuh harapan dengan kompetensinya yang harus dijaga, dan perlunya kontrol diri serta adanya sense of humor.
Dalam kesempatan ini Harif Fadhillah berterima kasih dan memohon kepada pembicara untuk memberikan ilmunya dalam mengantisipasi potensi-potensi bagi perawat yang sudah 8 bulan ini bertugas, yang tentunya pandemi ini belum turun secara bermakna, sehingga dianggap pandemi ini masih berlangsung dan belum berakhir, serta terus berjuang untuk mengatasinya.
“Kita harus tetap berjuang, untuk itulah diperlukan daya tahan yang kuat dan tangguh bagi kita semua, tentu saja para perawat sebagai garda terdepan ataupun bahkan sekarang menjadi pertahanan terakhir dalam menghadapi pandemi ini,” pungkas Harif Fadhillah. (IR)
Sumber foto : Screenshot Youtube Bapena PPNI
Upaya PPNI Ajak Perawat Menjadi Tangguh Dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Infokom DPP PPNI - Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) konsisten dalam memberikan motivasi bagi anggotanya yang sedang bertugas dalam menangani wabah Covid-19, termasuk pula menghindari dampak yang tidak diinginkan bersama.
Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI secara kontinyu mengedukasi anggotanya melalui kegiatan Daily Zoominarnya agar menjadi perawat yang tangguh saat menghadapi situasi pandemi Covid-19.
Kali ini pada Zoominar DPP PPNI episode ke 157 mengangkat tema Stres & Dampak Psikososial Pandemi Covid-19, menghadirkan narasumber Dharmayati B. Utoyo bersama Atik Puji Rahayu, dengan dipandu Fajar Susanti sebagai moderator.
“Hari ini perawat yang terinfeksi sudah 3.300 lebih, yang wafat 118 orang. Kita doakan mereka yang terkomfirmasi positif segera sembuh dengan cepat dan diangkat penyakitnya, sehingga dapat kembali di tengah-tengah pelayanan kita,” ungkap Harif Fadhillah saat menjadi Keynote Speaker pada Zoominar DPP PPNI ke 157 melalui kanal Youtube Bapena PPNI, Selasa (17/11/2020).
“Karena teman kita yang saat ini memberikan pelayanan, berjibaku dengan berbagai problema baik fisik, fsikososial yang mereka alami dengan beban yang cukup tinggi,” lanjutnya.
Bagi almarhum dan almarhumah yang telah wafat, Harif Fadhillah mengajak untuk berdoa bersama supaya husnul khotimah, ditempatkan yang layak disisi Tuhan, selayaknya pahlawan kemanusiaan, dan selalu meneruskan perjuangan dari alm/almh.
Disampaikannya, dengan belum turunnya prevalensi wabah Covid-19 ini yang terkait infeksi atau potensinya, maka pentingnya menjaga kesehatan khususnya bagi perawat agar tetap terjaga kesehatan masing-masing.
“Jangan sampai perawat menjadi sumber penularan, terapkan PPI (Pencegahan, Pengendalian, Infeksi) di tempat kerja, dan menjadi role model di tengah lingkungan kita,” harap Harif Fadhillah.
“Dengan memberikan contoh penerapan protokol kesehatan melalui 3 M (Mencuci tangan, Memakai masker, dan Menjaga jarak) minimalnya, optimalnya 4 sehat 5 sempurna, ditambah olah raga, memakan makanan yang sehat, istirahat yang cukup dan selalu berpikiran positif dari setiap kondisi,” sambungnya.
Menurutnya pada hari ini topiknya luar biasa tentang Stres & Dampak Psikososial Pandemi Covid-19, panitia telah mendatangkan pakar yang luar biasa agar bisa belajar dan menimbah ilmu untuk diterapkan, tentu saja di lapangan baik dalam memberikan pelayanan maupun untuk diri sendiri.
Diterangkannya, pada awal pandemi sekitar bulan April 2020, bahwa Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI) bekerja sama dengan Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia (UI) melakukan survey yang melibatkan 2.132 responden.
“Berdasarkan hasilnya, bahwa 55 % lebih disimpulkan mengalami stress dan depresi. Dengan perincian gejala diantaranya sakit kepala, kehilangan nafsu makan, tidur tidak nyenyak, mudah merasa ketakutan, cemas, tegang, mudah lelah dan lainnya, jadi ada sekitar 12 keluhan yang muncul,” sebutnya.
Ditambahkannya, bahwa perawat Indonesia memang terbiasa dengan bekerja di situasi tekanan, namun berbeda dengan perawat yang berada di luar negeri, yang mana diketahui melakukan tindakan-tindakan yang sepertinya tidak wajar dalam situasi tekanan tersebut.
Harif Fadhillah merasa kagum dan mengatakan hingga saat ini tidak terjadi tindakan perawat yang tidak diinginkan akibat situasi tekanan. Hal inilah menunjukkan bahwa kekuatan dan ketangguhan perawat Indonesia masih tetap terjaga.
Namun demikian dengan panjangnya masa pandemi yang sudah dilewati ini, Harif Fadhillah beranggapan kemungkinan akan ada potensi-potensi yang terjadi, yaitu baik itu kekelahan fisik maupun psikologis dalam menghadapi pandemi ini.
Oleh karena itu, diingatkannya pula kepada teman semua untuk menjadi seorang perawat yang tangguh, dengan diperlukannya fisik maupun psikologis yang baik.
Dijelaskannya pula, bahwa adanya faktor-faktor bagaimana menggunakannya dengan baik agar menjadi perawat yang tangguh, yaitu dengan cara memunculkan rasa optimisme, spiritual yang tinggi, adanya penuh harapan dengan kompetensinya yang harus dijaga, dan perlunya kontrol diri serta adanya sense of humor.
Dalam kesempatan ini Harif Fadhillah berterima kasih dan memohon kepada pembicara untuk memberikan ilmunya dalam mengantisipasi potensi-potensi bagi perawat yang sudah 8 bulan ini bertugas, yang tentunya pandemi ini belum turun secara bermakna, sehingga dianggap pandemi ini masih berlangsung dan belum berakhir, serta terus berjuang untuk mengatasinya.
“Kita harus tetap berjuang, untuk itulah diperlukan daya tahan yang kuat dan tangguh bagi kita semua, tentu saja para perawat sebagai garda terdepan ataupun bahkan sekarang menjadi pertahanan terakhir dalam menghadapi pandemi ini,” pungkas Harif Fadhillah. (IR)
Sumber foto : Screenshot Youtube Bapena PPNI