Infokom DPP PPNI - Komitmen Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) untuk meningkatkan kompetensi perawat, hingga saat ini tetap konsisten, di masa pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir.
Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI (Satgas Covid-19) memfasilitasi sharing informasi, update pengetahuan, dan pengalaman dari sejawat, para ahli dan praktisi baik yang ada di dalam negeri maupun di negara lain, yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat keperawatan.
Melalui kegiatan Zoominar, Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI (Satgas Covid-19) telah memberikan manfaat dan informasi yang sebaik-baik kepada masyarakat keperawatan.
Antusias dan perhatian dari perawat yang mengikuti Zoominar semakin tinggi dan juga lebih meningkatkan tali silaturahmi di saat keterbatasan jarak maupun kesempatan waktu pula.
“Seminar harian ini atau seminar dengan Zoom ini yang sering kita sebut Zoominar adalah suatu kegiatan dengan dua sesi, yang sesi pertama ada 25, dan sesi berikutnya 25 lagi. Jadi kita sampai hari ini sudah memasuki hari ke 49,” ungkap Harif Fadhillah, setelah menyampaikan sambutan saat Zoominar sesi ke 49 dari Graha PPNI, Jakarta, Jum’at (26/06/2020).
“Kita fokuskan tentang APD (alat pelindung diri) dan bagaimana antisipasi teman-teman di pelayanan terkait dengan Covid di berbagai bidang area praktek mulai dari rawat jalan, kemudian IGD, ICU, komunitas, termasuk kesehatan kerja di perusahaan, penerbangan dan sebagainya. Itu semua kita berikan informasi terkait Covid, penanganan Covid di area-area perawatan termasuk penggunaan APDnya,” lanjut Ketua Umum DPP PPNI ini yang selalu menjadi pembicara utama di setiap penampilan Zoominar.
Diterangkannya, setelah memasuki sesi Zoominar yang kedua kali ini, bahwa perawat sebagai profesi juga harus punya metodologi di dalam memberikan pelayanan. Salah satu metodologinya itu adalah dengan menggunakan proses keperawatan, sedangkan proses keperawatan itu sudah punya standar pengkajian, diagnosa hingga evaluasinya.
Harif Fadhillah menjelaskan bahwa PPNI saat ini sudah mempunyai 3 standar, yaitu Standar Diagnosis, Standar Luaran dan Standar Intervensi. Tentu hal itu harus diterapkan juga oleh setiap perawat dalam rangka memberikan pelayanan dalam bentuk kewajiban profesionalnya dan merupakan suatu proses pemecahan masalah yang menggunakan keterampilan kognitif perawat, sehingga perawat itu tidak seperti tukang atau robot saja, tetapi perawat berpikir untuk memenuhi atau melakukan penyelesaian masalah itu dengan metodologi yang menggunakan ilmu dan teknologi keperawatan.
“Maka 3S ini hadir untuk memberikan bekal kepada teman-teman sejawat untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dan mudah-mudahan ini bisa diakui sebagai sebuah entitas tersendiri dalam memberikan pelayanan kesehatan, sehingga perawat dapat diakui lebih tinggi lagi,” tuturnya.
“Kita bersyukur hingga hari ke 49 ini, semua pelaksanaan Zoominar setiap harinya yang kita adakan selalu lancar dan memiliki animo masyarakat keperawatan yang masih konsisten tinggi dalam melihat dan mengikuti kegiatan ini. Hal ini dibuktikan dengan berapa banyak yang mengikuti di channel youtube lebih dari 10.000 orang biasanya, dalam Zoomeeting itu hanya 1.000 orang, karena memang kapasitasnya hanya 1.000 orang tetapi di channel youtube yang di luar itu cukup banyak,” terang Harif Fadhillah.
Dijelaskan dari hasil pengamatannya pula, bahwa kegiatan Zoominar selama ini mendapatkan juga animo, bahwa ada satu kerinduan mereka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang terus menerus dibuktikan dengan cara panitia pelaksana Zoominar mengscreenshoot kegiatan-kegiatan peserta di saat mengikuti seminar online tersebut.
“Ada juga peserta mendengarkan dan memperhatikan zoominar sambil langsung mencatat. Kemudian, ada juga yang ikut nonton bareng didalam satu ruangan rumah sakit atau puskesmas, yang selalu menerapkan protokol kesehatan. Ada hal yang bagus lagi, bahwa peserta dalam mengikuti Zoominar telah menunjukkan bahwa tidak hanya sekedar mendapatkan sertifikat atau meningkatkan SKP, tapi betul-betul ingin meningkatkan ilmu dan penerapan teknologi,” sebutnya.
“Inilah rasa bersyukur kita, adanya suatu kemajuan terkait dengan distimulasi dengan perubahan budaya yang tadinya offline menjadi online. Saya kira kedepannya ini menjadi inspirasi buat kita untuk bisa membangun sistem pendidikan dan pelatihan yang bisa mengakomodir hal-hal kepentingan yang di luar batas-batas kewilayahan,” pungkasnya. (IR)
Zoominar DPP PPNI Terus Berjalan, Semakin Tinggi Animo Dari Perawat
Infokom DPP PPNI - Komitmen Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) untuk meningkatkan kompetensi perawat, hingga saat ini tetap konsisten, di masa pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir.
Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI (Satgas Covid-19) memfasilitasi sharing informasi, update pengetahuan, dan pengalaman dari sejawat, para ahli dan praktisi baik yang ada di dalam negeri maupun di negara lain, yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat keperawatan.
Melalui kegiatan Zoominar, Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI (Satgas Covid-19) telah memberikan manfaat dan informasi yang sebaik-baik kepada masyarakat keperawatan.
Antusias dan perhatian dari perawat yang mengikuti Zoominar semakin tinggi dan juga lebih meningkatkan tali silaturahmi di saat keterbatasan jarak maupun kesempatan waktu pula.
“Seminar harian ini atau seminar dengan Zoom ini yang sering kita sebut Zoominar adalah suatu kegiatan dengan dua sesi, yang sesi pertama ada 25, dan sesi berikutnya 25 lagi. Jadi kita sampai hari ini sudah memasuki hari ke 49,” ungkap Harif Fadhillah, setelah menyampaikan sambutan saat Zoominar sesi ke 49 dari Graha PPNI, Jakarta, Jum’at (26/06/2020).
“Kita fokuskan tentang APD (alat pelindung diri) dan bagaimana antisipasi teman-teman di pelayanan terkait dengan Covid di berbagai bidang area praktek mulai dari rawat jalan, kemudian IGD, ICU, komunitas, termasuk kesehatan kerja di perusahaan, penerbangan dan sebagainya. Itu semua kita berikan informasi terkait Covid, penanganan Covid di area-area perawatan termasuk penggunaan APDnya,” lanjut Ketua Umum DPP PPNI ini yang selalu menjadi pembicara utama di setiap penampilan Zoominar.
Diterangkannya, setelah memasuki sesi Zoominar yang kedua kali ini, bahwa perawat sebagai profesi juga harus punya metodologi di dalam memberikan pelayanan. Salah satu metodologinya itu adalah dengan menggunakan proses keperawatan, sedangkan proses keperawatan itu sudah punya standar pengkajian, diagnosa hingga evaluasinya.
Harif Fadhillah menjelaskan bahwa PPNI saat ini sudah mempunyai 3 standar, yaitu Standar Diagnosis, Standar Luaran dan Standar Intervensi. Tentu hal itu harus diterapkan juga oleh setiap perawat dalam rangka memberikan pelayanan dalam bentuk kewajiban profesionalnya dan merupakan suatu proses pemecahan masalah yang menggunakan keterampilan kognitif perawat, sehingga perawat itu tidak seperti tukang atau robot saja, tetapi perawat berpikir untuk memenuhi atau melakukan penyelesaian masalah itu dengan metodologi yang menggunakan ilmu dan teknologi keperawatan.
“Maka 3S ini hadir untuk memberikan bekal kepada teman-teman sejawat untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dan mudah-mudahan ini bisa diakui sebagai sebuah entitas tersendiri dalam memberikan pelayanan kesehatan, sehingga perawat dapat diakui lebih tinggi lagi,” tuturnya.
“Kita bersyukur hingga hari ke 49 ini, semua pelaksanaan Zoominar setiap harinya yang kita adakan selalu lancar dan memiliki animo masyarakat keperawatan yang masih konsisten tinggi dalam melihat dan mengikuti kegiatan ini. Hal ini dibuktikan dengan berapa banyak yang mengikuti di channel youtube lebih dari 10.000 orang biasanya, dalam Zoomeeting itu hanya 1.000 orang, karena memang kapasitasnya hanya 1.000 orang tetapi di channel youtube yang di luar itu cukup banyak,” terang Harif Fadhillah.
Dijelaskan dari hasil pengamatannya pula, bahwa kegiatan Zoominar selama ini mendapatkan juga animo, bahwa ada satu kerinduan mereka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang terus menerus dibuktikan dengan cara panitia pelaksana Zoominar mengscreenshoot kegiatan-kegiatan peserta di saat mengikuti seminar online tersebut.
“Ada juga peserta mendengarkan dan memperhatikan zoominar sambil langsung mencatat. Kemudian, ada juga yang ikut nonton bareng didalam satu ruangan rumah sakit atau puskesmas, yang selalu menerapkan protokol kesehatan. Ada hal yang bagus lagi, bahwa peserta dalam mengikuti Zoominar telah menunjukkan bahwa tidak hanya sekedar mendapatkan sertifikat atau meningkatkan SKP, tapi betul-betul ingin meningkatkan ilmu dan penerapan teknologi,” sebutnya.
“Inilah rasa bersyukur kita, adanya suatu kemajuan terkait dengan distimulasi dengan perubahan budaya yang tadinya offline menjadi online. Saya kira kedepannya ini menjadi inspirasi buat kita untuk bisa membangun sistem pendidikan dan pelatihan yang bisa mengakomodir hal-hal kepentingan yang di luar batas-batas kewilayahan,” pungkasnya. (IR)