Infokom DPP PPNI - Melalui berbagai kesempatan dapat menjadikan inspirasi bagi organisasi profesi keperawatan dalam upaya membantu menghadapi permasalahan yang dialami pada suatu negara.
Dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki tenaga perawat serta pengelolaan organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang baik menjadi peluang dan saling menjajaki kerjasa sama di kemudian hari.
Hal tersebut dimungkinkan akan terealisasi, setelah Harif Fadhillah selaku Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) PPNI bersama pengurus DPP PPNI lainnya menerima kunjungan Asosiasi Keperawatan Tokyo (Tokyo Nursing Association).
Pada kesempatan ini, dilaksanakan juga sesi perkenalan antara DPP PPNI dengan Asosiasi Keperawatan Tokyo, kemudian dilanjutkan dengan sesi paparan dan diskusi berbagi pengalaman khususnya keperawatan pasien kanker.
“Keperawatan yang ada di Tokyo ingin menciptakan peluang aktivitas kegiatan secara global untuk masalah keperawatan dan untuk itulah datang ke Indonesia, melihat peluang yang dapat dijadikan kerja sama,” ungkap Sumie Ohashi melalui translatornya, setelah berakhirnya pertemuan antara pengurus DPP PPNI dengan Asosiasi Keperawatan Tokyo di Graha PPNI, DKI Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Selaku Ketua Asosiasi Keperawatan Tokyo, Sumie Ohashi menceritakan salah satu permasalahan yang dihadapi di negara Jepang sehubungan dengan populasi penduduknya.
“Kalau di Jepang, saat ini populasi penduduk justru berkurang, terutama yang generasi mudanya. Saat ini kami mengadakan kunjungan termasuk Indonesia, karena disini melihat peluang yang bisa dikembangkan lagi,” terang Sumie Ohashi.
Setelah melakukan pertemuan ini, dikatakannya, bahwa Asosiasi Keperawatan Tokyo saat ini jadi lebih mengetahui kegiatan atau aktivitas di PPNI, sekaligus juga dapat mengetahui volume atau kapasitas dari PPNI itu sendiri. Untuk kedepannya, tentunya dalam hal ini ada peluang dalam menjalin kerja sama.
“Untuk kali ini perawat yang diikutsertakan kebanyakan spesialis yang menangani masalah kanker, nanti kedepannya spesialis-spesialis keperawatan lainnya akan terbuka peluangnya juga, karena ini tahap awal untuk melihat dulu kondisinya. Sepertinya pasti banyak peluang untuk kedepannya,” sebut Sumie Ohashi.
Diterangkannya juga, sekarang ini di negara Jepang berkaitan dengan Asuransi Kesehatan sudah ditanggung oleh pemerintahnya, menjadikan peluang hidup penduduknya lebih lama atau berumur panjang, sebaliknya angka kelahiran justru menurun.
Lanjutnya, dalam hal ini menjadi dampaknya, sehingga sekarang ini di satu sisi generasi tua bertambah, dikarenakan tetap sehat, sementara di sisi lain generasi mudanya berkurang, untuk itulah Asosiasi Keperawatan Tokyo melakukan upaya-upaya agar dapat menambah populasi lagi.
“Apalagi sekarang ini, perempuan-perempuan di Jepang lebih mementingkan karir, dibandingkan untuk berumah tangga, sehingga menyebabkan menurunnya angka kelahiran. Untuk itu Asosiasi Keperawatan Tokyo melihat dan memperhatikan kondisi penduduk di Indonesia, dikarenakan masih produktif populasinya dan berkembang,” katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, menurutnya, mereka mempertimbangkan potensi di Indonesia, sehingga ada peluangnya untuk melakukan kerja sama sebagai titik temu dalam hal aktivitas yang mereka lakukan selama ini.
Selain itu, Sumie Ohashi mengungkapkan pula alasan-alasan dari para lajang di Jepang yang tidak ingin menikah atau hanya sedikit yang ingin membina rumah tangga, termasuk juga tenaga kesehatan.
“Saat ini banyak wanita dan pria lajang disana, perawat juga banyak yang belum menikah, dikarenakan banyak faktornya, salah satunya karena kesibukannya dan mereka (lajang) merasa enjoy dengan pekerjaannya serta gaji disana bagus untuk tenaga perawat. Gaji perawat yang baru saja sekitar 3 sampai 3,5 juta Yen per tahun," tutup Sumie Ohashi. (IR)
DPP PPNI & Asosiasi Keperawatan Tokyo : Berpeluang Kerja Sama
Infokom DPP PPNI - Melalui berbagai kesempatan dapat menjadikan inspirasi bagi organisasi profesi keperawatan dalam upaya membantu menghadapi permasalahan yang dialami pada suatu negara.
Dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki tenaga perawat serta pengelolaan organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang baik menjadi peluang dan saling menjajaki kerjasa sama di kemudian hari.
Hal tersebut dimungkinkan akan terealisasi, setelah Harif Fadhillah selaku Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) PPNI bersama pengurus DPP PPNI lainnya menerima kunjungan Asosiasi Keperawatan Tokyo (Tokyo Nursing Association).
Pada kesempatan ini, dilaksanakan juga sesi perkenalan antara DPP PPNI dengan Asosiasi Keperawatan Tokyo, kemudian dilanjutkan dengan sesi paparan dan diskusi berbagi pengalaman khususnya keperawatan pasien kanker.
“Keperawatan yang ada di Tokyo ingin menciptakan peluang aktivitas kegiatan secara global untuk masalah keperawatan dan untuk itulah datang ke Indonesia, melihat peluang yang dapat dijadikan kerja sama,” ungkap Sumie Ohashi melalui translatornya, setelah berakhirnya pertemuan antara pengurus DPP PPNI dengan Asosiasi Keperawatan Tokyo di Graha PPNI, DKI Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Selaku Ketua Asosiasi Keperawatan Tokyo, Sumie Ohashi menceritakan salah satu permasalahan yang dihadapi di negara Jepang sehubungan dengan populasi penduduknya.
“Kalau di Jepang, saat ini populasi penduduk justru berkurang, terutama yang generasi mudanya. Saat ini kami mengadakan kunjungan termasuk Indonesia, karena disini melihat peluang yang bisa dikembangkan lagi,” terang Sumie Ohashi.
Setelah melakukan pertemuan ini, dikatakannya, bahwa Asosiasi Keperawatan Tokyo saat ini jadi lebih mengetahui kegiatan atau aktivitas di PPNI, sekaligus juga dapat mengetahui volume atau kapasitas dari PPNI itu sendiri. Untuk kedepannya, tentunya dalam hal ini ada peluang dalam menjalin kerja sama.
“Untuk kali ini perawat yang diikutsertakan kebanyakan spesialis yang menangani masalah kanker, nanti kedepannya spesialis-spesialis keperawatan lainnya akan terbuka peluangnya juga, karena ini tahap awal untuk melihat dulu kondisinya. Sepertinya pasti banyak peluang untuk kedepannya,” sebut Sumie Ohashi.
Diterangkannya juga, sekarang ini di negara Jepang berkaitan dengan Asuransi Kesehatan sudah ditanggung oleh pemerintahnya, menjadikan peluang hidup penduduknya lebih lama atau berumur panjang, sebaliknya angka kelahiran justru menurun.
Lanjutnya, dalam hal ini menjadi dampaknya, sehingga sekarang ini di satu sisi generasi tua bertambah, dikarenakan tetap sehat, sementara di sisi lain generasi mudanya berkurang, untuk itulah Asosiasi Keperawatan Tokyo melakukan upaya-upaya agar dapat menambah populasi lagi.
“Apalagi sekarang ini, perempuan-perempuan di Jepang lebih mementingkan karir, dibandingkan untuk berumah tangga, sehingga menyebabkan menurunnya angka kelahiran. Untuk itu Asosiasi Keperawatan Tokyo melihat dan memperhatikan kondisi penduduk di Indonesia, dikarenakan masih produktif populasinya dan berkembang,” katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, menurutnya, mereka mempertimbangkan potensi di Indonesia, sehingga ada peluangnya untuk melakukan kerja sama sebagai titik temu dalam hal aktivitas yang mereka lakukan selama ini.
Selain itu, Sumie Ohashi mengungkapkan pula alasan-alasan dari para lajang di Jepang yang tidak ingin menikah atau hanya sedikit yang ingin membina rumah tangga, termasuk juga tenaga kesehatan.
“Saat ini banyak wanita dan pria lajang disana, perawat juga banyak yang belum menikah, dikarenakan banyak faktornya, salah satunya karena kesibukannya dan mereka (lajang) merasa enjoy dengan pekerjaannya serta gaji disana bagus untuk tenaga perawat. Gaji perawat yang baru saja sekitar 3 sampai 3,5 juta Yen per tahun," tutup Sumie Ohashi. (IR)