Infokom DPP PPNI - Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) selalu membina dan mendukung kegiatan yang dilakukan Ikatan dan Himpunan Keperawatan.
Melalui berbagai kesempatan, para perawat dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimilki untuk membuat inovasi yang menarik dalam upaya meningkatkan pelayanan, terutama di Era Industri 4.0 pada saat ini.
Keinginan menjadi Inovator bermunculan pada kegiatan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke V Himpunan Perawat Manajer Indonesia (HPMI) di Jakarta, 10-12 Oktober 2019.
“Selamat kepada HPMI yang telah melaksanakan PIT Ke V dan HPMI Award, saya mengapresiasi kegiatan ini. Ajang ini menjadi salah satu upaya untuk dapat menjadi wadah dalam mempublikasikan paling tidak ke sesama perawat, kita sharing berbagai informasi terkait keilmuan,” ucap Harif Fadhillah, S.Kp.,SH.,M.Kep.,MH di Hotel Bidakara Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Ketua Umum DPP PPNI ini menyampaikan bahwa PPNI telah mengadakan konferensi international yang kedua dan akan diagendakan setiap tahunnya. Kegiatan tersebut bukan seminar saja, tetapi merupakan ajang untuk publikasi hasil-hasil penelitian maupun riset dari teman-teman perawat baik itu yang ada di pendidikan maupun di rumah sakit.
“Inovasi-inovasi yang disampaikan perawat melalui oral presentasi dalam kegiatan PIT HPMI ini maupun kegiatan ilmiah lainnya menjadi begitu penting dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika memang dapat diuji, dipertahankan dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka akan kita jadikan standar,” ungkapnya.
“Kalau dijadikan standar, apa yang bapak-ibu lakukan sebagai inovasi tersebut akan dipakai oleh teman-teman yang lain, selanjutnya kami perlu sekali informasi atas inovasinya untuk disampaikan. Apa saja yang dapat kita teruskan agar menjadi standar terkait dengan manajemen keperawatan di Indonesia,” lanjutnya.
Sebagai Ketua Kompartemen Manajemen Keperawatan PERSI Pusat, dirinya siap membantu dalam prosesnya jika inovasi yang diinginkan akan menjadi sebuah pedoman (guideline) untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaannya, dengan melalui proses pada Kementerian terkait ataupun dengan pihak PERSI.
“Saya ucapkan selamat bagi yang mendapat Award, saya patut memberikan apresiasi yang tinggi kepada teman-teman yang telah berinovasi dalam rangka meningkatkan atau mengembangkan pelayanan keperawatan di Indonesia,” tuturnya.
Dikatakannya, peran perawat manajer atau pemimpin keperawatan di sarana pelayanan kesehatan sangat penting sekali, karena disitulah dapat berperan memberikan advokasi bahkan melakukan perubahan dan itu dimulai dari manajer, tetapi masih ada juga yang belum percaya diri.
“Kepada teman-teman saya sampaikan, setelah memperhatikan dibeberapa daerah, bahwa para manajer keperawatan itu masih belum percaya diri untuk mengadvokasi sistem yang dia yakini kebenarannya sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan,” ungkapnya.
Dengan adanya permasalahan tersebut, disarankan agar teman-teman manajer dibawah HPMI ini tetap berkoordinasi dengan PPNI ditingkat wilayah atau daerah untuk mengadvokasi pihak-pihak terkait dengan upaya sebagai peningkatan sistem atau mutu pelayanan yang ada.
Diinginkannya dan menjadi harapan besar untuk kedepannya, perlu adanya asuhan keperawatan spesialistik, seperti keberadaan spesialis maternitas yang belum nampak di rumah sakit di Indonesia. Hal ini menjadi berbeda dari hasil observasinya di RS yang ada di Singapura, dimana telah menerapkan hal tersebut.
“Menjadi tantangan bersama kedepannya, penting adanya komposisi yang bagus antara perawat maternitas dan tenaga bidan di ruang maternity pada RS di Indonesia,” sebutnya.
Disampaikannya juga bahwa PPNI merencanakan Musyawarah Nasional (MUNAS) pada bulan April 2020 mendatang. Dalam hal ini diperiode dikepengurusannya, PPNI hampir seluruh program Munas terdahulu sudah dilaksanakan dan bahkan ada beberapa program baru sebagai tambahannya.
“Baru-baru ini DPP PPNI telah mendapatkan sertifikat SNI-ISO 9001:2015, tentunya hal ini menjadi awal sebagai proses dimana PPNI bersama juga dengan Ikatan atau Himpunan Keperawatan berencana untuk membuat proses baru di dalam sistem kontek kredensialing,” jelasnya.
Motivasi itu berawal atas hasil pertemuan dengan para undangan lainnya pada tahun ini bersama ketua pengurus perawat sedunia di negara Cina. Diterangkannya, bahwa di Amerika Serikat itu ada Pusat Kredensialing selain adanya Organisasi Perawat AS dan Yayasan (dibentuk oleh OP AS), yang merupakan tiga kekuatan besar di negara paman sam tersebut. Sehingga keberadaan kredensialing menjadi inprirasinya untuk diterapkan di Indonesia.
“Saya beranggan-angan nantinya ada Badan atau Pusat Kredensialing di Indonesia dan tentunya akan kita mulai dari sekarang. Keberadaannya nanti dapat difungsikan untuk mensertifikasi, merecognize (pengakuan), dan tugas sebagai krendesialing,” harapnya.
Dipaparkan pula yang berkaitan dengan Permenkes No.26 tahun 2019 yang baru dikeluarkan bulan Agustus lalu. Dianjurkannya, untuk dibaca agar lebih diketahui oleh perawat manajer, dikarenakan adanya perubahan yang signifikan, terutama adanya perbedaan pada peran kewenangan klinis antara perawat spesialis dengan perawat vokasi dalam memberikan pelayanan di RS.
Disamping itu, ada juga peluang baik dari Permenkes itu dan belum semua dimanfaatkan oleh praktisi atau institusi pendidikan mengenai kurikulum pengembangan keperawatan komplementer, sebagai upaya pemenuhan pelayanan komplementer di tatanan pelayanan kesehatan.
Dengan adanya perihal tersebut, PPNI telah melakukan upaya dengan melakukan diskusi dan bersinergi dengan pihak KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) dalam penyesuaian terhadap peraturan tersebut dalam penerapannya, demi upaya pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi.
Dijelaskan juga, saat ini PPNI sudah secara hukum memiliki Standar Kompetensi Keperawatan dan hingga kini masih perlu proses revisi di Kementerian Kesehatan RI.
Adapun upaya yang dilakukan PPNI selama ini diungkapkannya, sebagai langkah pengembangan dalan pemenuhan 3 aspek yaitu : 1. Pendidikan berkulitas., 2. Pelayanan profesional., 3. Kehidupan profesi perawat yang konsusif. Semua yang dilakukan demi menunjang program kesehatan secara nasional.
“Tentunya kegiatan HPMI kali ini sebagai bagian upaya mempersatukan perawat manajer, sehingga PPNI perlu mensupportnya dan melakukan koordinasi dengan baik lagi, semua itu demi kemajuan kita bersama dalam meningkatkan mutu pelayanan,” ujar Harif Fadhillah, saat mengakhiri sambutannya sebelum penutupan.
Sebelum mengikuti acara penutupan, Ketua Umum DPP PPNI berkesempatan menemui Hsiu Hung Wang, PhD.,RN.,FAAN Ketua Asosiasi Perawat Taiwan.
Pada kesempatan ini, panitia pelaksana memberikan HPMI Award yang pertama kalinya kepada para pemenang dalam berinovasi yang telah disampaikan melalui kegiatan oral presentasi pada rangkaian PIT HPMI.
Pelaksanaan PIT HPMI ke V berjalan sukses dan telah ditutup secara resmi oleh Dr. Prayetni, S.Kp.,M.Kep selaku Ketua DPP HPMI. (IR)
HPMI Pertama Kali Berikan Award Bagi Inovator Terbaik, PPNI Mendukungnya
Infokom DPP PPNI - Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) selalu membina dan mendukung kegiatan yang dilakukan Ikatan dan Himpunan Keperawatan.
Melalui berbagai kesempatan, para perawat dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimilki untuk membuat inovasi yang menarik dalam upaya meningkatkan pelayanan, terutama di Era Industri 4.0 pada saat ini.
Keinginan menjadi Inovator bermunculan pada kegiatan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke V Himpunan Perawat Manajer Indonesia (HPMI) di Jakarta, 10-12 Oktober 2019.
“Selamat kepada HPMI yang telah melaksanakan PIT Ke V dan HPMI Award, saya mengapresiasi kegiatan ini. Ajang ini menjadi salah satu upaya untuk dapat menjadi wadah dalam mempublikasikan paling tidak ke sesama perawat, kita sharing berbagai informasi terkait keilmuan,” ucap Harif Fadhillah, S.Kp.,SH.,M.Kep.,MH di Hotel Bidakara Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Ketua Umum DPP PPNI ini menyampaikan bahwa PPNI telah mengadakan konferensi international yang kedua dan akan diagendakan setiap tahunnya. Kegiatan tersebut bukan seminar saja, tetapi merupakan ajang untuk publikasi hasil-hasil penelitian maupun riset dari teman-teman perawat baik itu yang ada di pendidikan maupun di rumah sakit.
“Inovasi-inovasi yang disampaikan perawat melalui oral presentasi dalam kegiatan PIT HPMI ini maupun kegiatan ilmiah lainnya menjadi begitu penting dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika memang dapat diuji, dipertahankan dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka akan kita jadikan standar,” ungkapnya.
“Kalau dijadikan standar, apa yang bapak-ibu lakukan sebagai inovasi tersebut akan dipakai oleh teman-teman yang lain, selanjutnya kami perlu sekali informasi atas inovasinya untuk disampaikan. Apa saja yang dapat kita teruskan agar menjadi standar terkait dengan manajemen keperawatan di Indonesia,” lanjutnya.
Sebagai Ketua Kompartemen Manajemen Keperawatan PERSI Pusat, dirinya siap membantu dalam prosesnya jika inovasi yang diinginkan akan menjadi sebuah pedoman (guideline) untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaannya, dengan melalui proses pada Kementerian terkait ataupun dengan pihak PERSI.
“Saya ucapkan selamat bagi yang mendapat Award, saya patut memberikan apresiasi yang tinggi kepada teman-teman yang telah berinovasi dalam rangka meningkatkan atau mengembangkan pelayanan keperawatan di Indonesia,” tuturnya.
Dikatakannya, peran perawat manajer atau pemimpin keperawatan di sarana pelayanan kesehatan sangat penting sekali, karena disitulah dapat berperan memberikan advokasi bahkan melakukan perubahan dan itu dimulai dari manajer, tetapi masih ada juga yang belum percaya diri.
“Kepada teman-teman saya sampaikan, setelah memperhatikan dibeberapa daerah, bahwa para manajer keperawatan itu masih belum percaya diri untuk mengadvokasi sistem yang dia yakini kebenarannya sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan,” ungkapnya.
Dengan adanya permasalahan tersebut, disarankan agar teman-teman manajer dibawah HPMI ini tetap berkoordinasi dengan PPNI ditingkat wilayah atau daerah untuk mengadvokasi pihak-pihak terkait dengan upaya sebagai peningkatan sistem atau mutu pelayanan yang ada.
Diinginkannya dan menjadi harapan besar untuk kedepannya, perlu adanya asuhan keperawatan spesialistik, seperti keberadaan spesialis maternitas yang belum nampak di rumah sakit di Indonesia. Hal ini menjadi berbeda dari hasil observasinya di RS yang ada di Singapura, dimana telah menerapkan hal tersebut.
“Menjadi tantangan bersama kedepannya, penting adanya komposisi yang bagus antara perawat maternitas dan tenaga bidan di ruang maternity pada RS di Indonesia,” sebutnya.
Disampaikannya juga bahwa PPNI merencanakan Musyawarah Nasional (MUNAS) pada bulan April 2020 mendatang. Dalam hal ini diperiode dikepengurusannya, PPNI hampir seluruh program Munas terdahulu sudah dilaksanakan dan bahkan ada beberapa program baru sebagai tambahannya.
“Baru-baru ini DPP PPNI telah mendapatkan sertifikat SNI-ISO 9001:2015, tentunya hal ini menjadi awal sebagai proses dimana PPNI bersama juga dengan Ikatan atau Himpunan Keperawatan berencana untuk membuat proses baru di dalam sistem kontek kredensialing,” jelasnya.
Motivasi itu berawal atas hasil pertemuan dengan para undangan lainnya pada tahun ini bersama ketua pengurus perawat sedunia di negara Cina. Diterangkannya, bahwa di Amerika Serikat itu ada Pusat Kredensialing selain adanya Organisasi Perawat AS dan Yayasan (dibentuk oleh OP AS), yang merupakan tiga kekuatan besar di negara paman sam tersebut. Sehingga keberadaan kredensialing menjadi inprirasinya untuk diterapkan di Indonesia.
“Saya beranggan-angan nantinya ada Badan atau Pusat Kredensialing di Indonesia dan tentunya akan kita mulai dari sekarang. Keberadaannya nanti dapat difungsikan untuk mensertifikasi, merecognize (pengakuan), dan tugas sebagai krendesialing,” harapnya.
Dipaparkan pula yang berkaitan dengan Permenkes No.26 tahun 2019 yang baru dikeluarkan bulan Agustus lalu. Dianjurkannya, untuk dibaca agar lebih diketahui oleh perawat manajer, dikarenakan adanya perubahan yang signifikan, terutama adanya perbedaan pada peran kewenangan klinis antara perawat spesialis dengan perawat vokasi dalam memberikan pelayanan di RS.
Disamping itu, ada juga peluang baik dari Permenkes itu dan belum semua dimanfaatkan oleh praktisi atau institusi pendidikan mengenai kurikulum pengembangan keperawatan komplementer, sebagai upaya pemenuhan pelayanan komplementer di tatanan pelayanan kesehatan.
Dengan adanya perihal tersebut, PPNI telah melakukan upaya dengan melakukan diskusi dan bersinergi dengan pihak KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) dalam penyesuaian terhadap peraturan tersebut dalam penerapannya, demi upaya pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi.
Dijelaskan juga, saat ini PPNI sudah secara hukum memiliki Standar Kompetensi Keperawatan dan hingga kini masih perlu proses revisi di Kementerian Kesehatan RI.
Adapun upaya yang dilakukan PPNI selama ini diungkapkannya, sebagai langkah pengembangan dalan pemenuhan 3 aspek yaitu : 1. Pendidikan berkulitas., 2. Pelayanan profesional., 3. Kehidupan profesi perawat yang konsusif. Semua yang dilakukan demi menunjang program kesehatan secara nasional.
“Tentunya kegiatan HPMI kali ini sebagai bagian upaya mempersatukan perawat manajer, sehingga PPNI perlu mensupportnya dan melakukan koordinasi dengan baik lagi, semua itu demi kemajuan kita bersama dalam meningkatkan mutu pelayanan,” ujar Harif Fadhillah, saat mengakhiri sambutannya sebelum penutupan.
Sebelum mengikuti acara penutupan, Ketua Umum DPP PPNI berkesempatan menemui Hsiu Hung Wang, PhD.,RN.,FAAN Ketua Asosiasi Perawat Taiwan.
Pada kesempatan ini, panitia pelaksana memberikan HPMI Award yang pertama kalinya kepada para pemenang dalam berinovasi yang telah disampaikan melalui kegiatan oral presentasi pada rangkaian PIT HPMI.
Pelaksanaan PIT HPMI ke V berjalan sukses dan telah ditutup secara resmi oleh Dr. Prayetni, S.Kp.,M.Kep selaku Ketua DPP HPMI. (IR)