Perawat Meninggal Saat Bertugas Di Daerah Terpencil Papua Barat <p> <a href="" class="thickbox" title="" ><img src="" alt="" /> </a> <p style="text-align: justify;">Infokom DPP PPNI - Berita duka kembali menyelimuti bagi rekan perawat di tanah air, setelah dikabarkan perawat Patra Marina Jauhari (31 tahun) meninggal dunia di tanah papua.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Alm Patra Marina Jauhari terlahir di Seriti, 18 Januari 1988, terakhir bertugas di Pustu Oya, Distrik Naikere, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Alm merupakan lulusan Akper Kamanre Palopo Sulawesi Selatan tahun 2008. Saat ini adalah PNS Pemda Kab. Teluk Wondama, pengangkatan PNS tahun 2011. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Sebelumnya alm pernah bertugas di RSUD Teluk Wondama sejak 2009. Namun sejak 2018 alm mengikuti Program Pemda, yaitu Program Pelayanan Desa Terpencil. Program ini langsung ditangani oleh Pemda Kab Teluk Wondama, Dinas Kesehatan yang hanya menyediakan tenaga kesehatan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Tempat tugas alm di lokasi Kampung Oya dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari Distrik selama 4 hari, jika menggunakan helikopter yang sekali sewanya sekitar 5 juta per jam. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Informasi meninggalnya alm diterima di Kab induk pada hari Jumat (21/6/2019), siang hari sekitar jam 13.30 WIT. Namun alm dinyatakan sudah meninggal sejak hari Selasa, 18 Juni 2019, hal ini dikarenakan susahnya transportasi dan komunikasi dari tempat tugasnya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Akhirnya Jenazah alm baru dapat dijemput dengan helikopter yang disewa Pemda, pada hari Sabtu siang, 22 Juni 2019.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Direncanakan pemakaman akan dilaksanakan hari Senin, 24 Juni 2019, di Wasior Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Akan dihadiri oleh kakak alm, saat ini kakaknya sedang dalam perjalanan menuju Wasior Kab. Teluk Wondama. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Jenazah dinyatakan tidak memungkinkan untuk dibawa pulang ke Palopo, Sulawesi Selatan dikarenakan kondisi jenazah sudah tidak memungkinkan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Alm adalah anak yatim piatu, yang mana kedua orang tuanya sudah meninggal, sehingga alm merupakan tulang punggung keluarga.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Berdasarkan keterangan tertulisnya, Minggu (23/6/2019), Sanco Irianto Abdullah menyampaikan rasa dukanya sekaligus memberikan pandangan terhadap kejadian ini. Dikatakannya, bahwa melihat kondisi tempat tugas untuk program khusus yang melibatkan perawat sebagai nakes di daerah terpencil, hendaknya ditunjang dengan fasilitas yang memadai seperti alat komunikasi, seperti telepon satelit atau radio. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Sekretaris DPW PPNI Papua Barat ini mengharapkan agar perlu terjaminnya kebutuhan bahan makanan bagi perawat yang bertugas untuk tugas khusus seperti ini. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Selain itu, ia meminta agar pihak Pemda jangan hanya mementingkan program kesehatan, tetapi perlu juga memikirkan pengorbanan perawat atau nakes yang bertugas ditempat terpencil. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Ia menginginkan pihak Pemda harus rutin melakukan kunjungan-kunjungan ke tempat penugasan khusus terpencil, mengingat transportasi yang terbatas, agar kejadian tidak terulang kembali. Untuk diketahui bahwa musibah perawat yang meninggal dalam kejadian ini baru diketahui informasi meninggalnya setelah 4 hari. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Namun dalam suasana duka ini, Sanco juga memberikan saran agar dalam mensukseskan program Pemda untuk pemenuhan tenaga kesehatan di daerah terpencil, hendaknya melibatkan nakes lain, seperti dokter, bidan dan analis kesehatan agar saling mensupport apabila ada masalah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Sebagai perwakilan dari Ketua DPW PPNI Papua Barat, ia mengharapkan dan menyarankan pula, jika nakes mendapat penugasan, seharusnya lebih dari satu orang dalam wilayah penugasan, jadi jangan bertugas hanya satu orang perawat saja, sehingga bila terjadi permasalahan tidak mendapatkan bantuan dari rekan sejawat lainnya. (IR)</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-fareast-language: IN;">Sumber : Sekretaris DPW PPNI Papua Barat</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p> </p> </p>

Perawat Meninggal Saat Bertugas Di Daerah Terpencil Papua Barat

Infokom DPP PPNI - Berita duka kembali menyelimuti bagi rekan perawat di tanah air, setelah dikabarkan perawat Patra Marina Jauhari (31 tahun) meninggal dunia di tanah papua.

Alm Patra Marina Jauhari terlahir di Seriti, 18 Januari 1988, terakhir bertugas di Pustu Oya, Distrik Naikere, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. 

Alm merupakan lulusan Akper Kamanre Palopo Sulawesi Selatan tahun 2008. Saat ini adalah PNS Pemda Kab. Teluk Wondama, pengangkatan PNS tahun 2011. 

Sebelumnya alm pernah bertugas di RSUD Teluk Wondama sejak 2009. Namun sejak 2018 alm mengikuti Program Pemda, yaitu Program Pelayanan Desa Terpencil. Program ini langsung ditangani oleh Pemda Kab Teluk Wondama, Dinas Kesehatan yang hanya menyediakan tenaga kesehatan. 

Tempat tugas alm di lokasi Kampung Oya dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari Distrik selama 4 hari, jika menggunakan helikopter yang sekali sewanya sekitar 5 juta per jam. 

Informasi meninggalnya alm diterima di Kab induk pada hari Jumat (21/6/2019), siang hari sekitar jam 13.30 WIT. Namun alm dinyatakan sudah meninggal sejak hari Selasa, 18 Juni 2019, hal ini dikarenakan susahnya transportasi dan komunikasi dari tempat tugasnya. 

Akhirnya Jenazah alm baru dapat dijemput dengan helikopter yang disewa Pemda, pada hari Sabtu siang, 22 Juni 2019.

Direncanakan pemakaman akan dilaksanakan hari Senin, 24 Juni 2019, di Wasior Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.

Akan dihadiri oleh kakak alm, saat ini kakaknya sedang dalam perjalanan menuju Wasior Kab. Teluk Wondama. 

Jenazah dinyatakan tidak memungkinkan untuk dibawa pulang ke Palopo, Sulawesi Selatan dikarenakan kondisi jenazah sudah tidak memungkinkan. 

Alm adalah anak yatim piatu, yang mana kedua orang tuanya sudah meninggal, sehingga alm merupakan tulang punggung keluarga.

Berdasarkan keterangan tertulisnya, Minggu (23/6/2019), Sanco Irianto Abdullah menyampaikan rasa dukanya sekaligus memberikan pandangan terhadap kejadian ini. Dikatakannya, bahwa melihat kondisi tempat tugas untuk program khusus yang melibatkan perawat sebagai nakes di daerah terpencil, hendaknya ditunjang dengan fasilitas yang memadai seperti alat komunikasi, seperti telepon satelit atau radio. 

Sekretaris DPW PPNI Papua Barat ini mengharapkan agar perlu terjaminnya kebutuhan bahan makanan bagi perawat yang bertugas untuk tugas khusus seperti ini. 

Selain itu, ia meminta agar pihak Pemda jangan hanya mementingkan program kesehatan, tetapi perlu juga memikirkan pengorbanan perawat atau nakes yang bertugas ditempat terpencil. 

Ia menginginkan pihak Pemda harus rutin melakukan kunjungan-kunjungan ke tempat penugasan khusus terpencil, mengingat transportasi yang terbatas, agar kejadian tidak terulang kembali. Untuk diketahui bahwa musibah perawat yang meninggal dalam kejadian ini baru diketahui informasi meninggalnya setelah 4 hari.

Namun dalam suasana duka ini, Sanco juga memberikan saran agar dalam mensukseskan program Pemda untuk pemenuhan tenaga kesehatan di daerah terpencil, hendaknya melibatkan nakes lain, seperti dokter, bidan dan analis kesehatan agar saling mensupport apabila ada masalah.

Sebagai perwakilan dari Ketua DPW PPNI Papua Barat, ia mengharapkan dan menyarankan pula, jika nakes mendapat penugasan, seharusnya lebih dari satu orang dalam wilayah penugasan, jadi jangan bertugas hanya satu orang perawat saja, sehingga bila terjadi permasalahan tidak mendapatkan bantuan dari rekan sejawat lainnya. (IR)

 

Sumber : Sekretaris DPW PPNI Papua Barat