Infokom DPP PPNI - Dewan Pengurus Luar Negeri (DPLN) Persatuan Perawat NasionaI Indonesia (PPNI) Qatar menerima audiensi dari Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) di Wisma duta KBRI Doha-Qatar, Selasa (2/10/2018).
Diinformasikan pula, 3 orang delegasi dari Palu, Sulawesi Tengah, batal mengikuti kegiatan ini, disebabkan bencana gempa bumi dan tsunami yang sedang menimpa daerahnya pada waktu yang hampir bersamaan.
Pada hari Selasa (2/10/2018) sekitar jam 21.30 waktu Qatar, delegasi AIPNI melakukan audiensi dengan DPLN PPNI Qatar di Wisma Duta KBRI di Doha. Audiensi dipandu langsung oleh Dubes RI Marsekal Madya TNI (Purn) Muhamad Basri Sidehabi.
Sebelum acara dimulai, Dubes mengajak semua yang hadir untuk turut mendoakan saudara-saudara di tanah air, yang terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.
Dikesempatan audiensi, Dr. Muhammad Hadi Kasmijan, Ketua AIPNI memperkenalkan satu persatu anggota delegasinya. Dilanjutkan dengan presentasi oleh Sukartana, Ketua DPLN PPNI Qatar, diteruskan dengan sesi tanya jawab dan diakhiri dengan makan malam dan networking.
Saat sesi tanya jawab, Asep Hermahan, Senior Nurse (OH Offshore), menyampaikan gambaran rendahnya gaji perawat di Indonesia, disertai contoh pengalaman kerjanya saat bekerja di puskesmas di Indonesia yang hanya digaji sekadarnya.
Asep juga mengungkapkan mengenai perlunya tenaga pendidik atau dosen yang berkualitas. Dia mencontohkan di masa lalu, jika lulusan sebuah sekolah menduduki peringkat terbaik 1,2,3 dapat langsung diangkat menjadi tenaga pengajar atau dosen.
Dikesempatan yang sama, Ria Budi, Nurse, menyampaikan bahwa setiap cuti, dia sempatkan sharing dengan pihak kampus. Dia jelaskan juga adanya 100 peluang perawat Indonesia untuk ke Qatar, dan sudah ditawarkan ke Kemenkes RI. Peluang tersebut supaya digunakan sebaik-baiknya.
Dia pula menyarankan program internship/ners, kalau bisa dijadikan atau dihitung sebagai pengalaman kerja. Menurutnya, kebanyakan mahasiswa perawat mempunyai visi dan misi yang kurang mendukung, kalau dapat bekerja di Indonesia kenapa kerja ke luar negeri.
Disamping itu, dia menekankan perlunya motivasi untuk ke luar negeri sejak di tahap awal pendidikan. Perlunya juga kelas tambahan seperti pengetahuan dan skill Bantuan Hidup Dasar (BHD). Pentingnya mahasiswa perawat memperoleh gambaran mengenai lapangan kerja yang dapat dimasuki. Rumah sakit dan puskesmas dapat dikesampingkan dulu, dianjurkan untuk mengambil kompetensi yang sedang dibutuhkan, misalnya : Haemodialisis Nurse dan sejenisnya.
Sementara itu, Hernawati, Nurse, menanyakan tentang perawat Indonesia tidak dapat melakukan procedure skin care: dermapen, prp dan laser, sedangkan di Qatar dan di Singapura rekan perawat dapat melakukannya.
Dari hasil tanggapan, Asep Hermawan, anggota AIPNI menyampaikan bahwa saat ini masing-masing institusi pendidikan perawat tidak boleh menugaskan dosen di bawah S2.
Sedangkan Dr. Muhammad Hadi Kasmijan, Ketua AIPNI menanggapi pertanyaan Hernawati, untuk membuat kompetensi di Kemenkes, profesi perawat akan berhadapan dengan profesi lainnya seperti dokter, dokter gigi, bidan, farmasi, dan lainnya. Tentunya disitu ada grey area yang membutuhkan waktu lama untuk penyelesaianya. Berkaitan dengan skin care, dermapen, laser, PRP itu masuk grey area, sementara grey area butuh perjuangan panjang.
Menurutnya, di Indonesia masih belum dapat disepakati. Jika di negara lain mengijinkan tentunya menjadi kewenangan dari negara masing-masing. Tapi paling tidak, itu dapat dijadikan benchmark untuk merubah suatu regulasi dan sebagai daya dorong untuk perubahan.
Pada hari Rabu sore (3/10/2018) delegasi AIPNI melanjutkan perjalanannya ke Istambul-Turki.
Melalui audiensi dan kunjungan kerja tersebut, DPLN PPNI Qatar ini berdampak pada peningkatan peran perawat di luar negeri maupun pendidikan keperawatan di Indonesia. (IR)
Sumber : DPLN PPNI Qatar
DPLN PPNI Qatar & AIPNI Beraudensi, Tampung Aspirasi Perawat
Infokom DPP PPNI - Dewan Pengurus Luar Negeri (DPLN) Persatuan Perawat NasionaI Indonesia (PPNI) Qatar menerima audiensi dari Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) di Wisma duta KBRI Doha-Qatar, Selasa (2/10/2018).
Diinformasikan pula, 3 orang delegasi dari Palu, Sulawesi Tengah, batal mengikuti kegiatan ini, disebabkan bencana gempa bumi dan tsunami yang sedang menimpa daerahnya pada waktu yang hampir bersamaan.
Pada hari Selasa (2/10/2018) sekitar jam 21.30 waktu Qatar, delegasi AIPNI melakukan audiensi dengan DPLN PPNI Qatar di Wisma Duta KBRI di Doha. Audiensi dipandu langsung oleh Dubes RI Marsekal Madya TNI (Purn) Muhamad Basri Sidehabi.
Sebelum acara dimulai, Dubes mengajak semua yang hadir untuk turut mendoakan saudara-saudara di tanah air, yang terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.
Dikesempatan audiensi, Dr. Muhammad Hadi Kasmijan, Ketua AIPNI memperkenalkan satu persatu anggota delegasinya. Dilanjutkan dengan presentasi oleh Sukartana, Ketua DPLN PPNI Qatar, diteruskan dengan sesi tanya jawab dan diakhiri dengan makan malam dan networking.
Saat sesi tanya jawab, Asep Hermahan, Senior Nurse (OH Offshore), menyampaikan gambaran rendahnya gaji perawat di Indonesia, disertai contoh pengalaman kerjanya saat bekerja di puskesmas di Indonesia yang hanya digaji sekadarnya.
Asep juga mengungkapkan mengenai perlunya tenaga pendidik atau dosen yang berkualitas. Dia mencontohkan di masa lalu, jika lulusan sebuah sekolah menduduki peringkat terbaik 1,2,3 dapat langsung diangkat menjadi tenaga pengajar atau dosen.
Dikesempatan yang sama, Ria Budi, Nurse, menyampaikan bahwa setiap cuti, dia sempatkan sharing dengan pihak kampus. Dia jelaskan juga adanya 100 peluang perawat Indonesia untuk ke Qatar, dan sudah ditawarkan ke Kemenkes RI. Peluang tersebut supaya digunakan sebaik-baiknya.
Dia pula menyarankan program internship/ners, kalau bisa dijadikan atau dihitung sebagai pengalaman kerja. Menurutnya, kebanyakan mahasiswa perawat mempunyai visi dan misi yang kurang mendukung, kalau dapat bekerja di Indonesia kenapa kerja ke luar negeri.
Disamping itu, dia menekankan perlunya motivasi untuk ke luar negeri sejak di tahap awal pendidikan. Perlunya juga kelas tambahan seperti pengetahuan dan skill Bantuan Hidup Dasar (BHD). Pentingnya mahasiswa perawat memperoleh gambaran mengenai lapangan kerja yang dapat dimasuki. Rumah sakit dan puskesmas dapat dikesampingkan dulu, dianjurkan untuk mengambil kompetensi yang sedang dibutuhkan, misalnya : Haemodialisis Nurse dan sejenisnya.
Sementara itu, Hernawati, Nurse, menanyakan tentang perawat Indonesia tidak dapat melakukan procedure skin care: dermapen, prp dan laser, sedangkan di Qatar dan di Singapura rekan perawat dapat melakukannya.
Dari hasil tanggapan, Asep Hermawan, anggota AIPNI menyampaikan bahwa saat ini masing-masing institusi pendidikan perawat tidak boleh menugaskan dosen di bawah S2.
Sedangkan Dr. Muhammad Hadi Kasmijan, Ketua AIPNI menanggapi pertanyaan Hernawati, untuk membuat kompetensi di Kemenkes, profesi perawat akan berhadapan dengan profesi lainnya seperti dokter, dokter gigi, bidan, farmasi, dan lainnya. Tentunya disitu ada grey area yang membutuhkan waktu lama untuk penyelesaianya. Berkaitan dengan skin care, dermapen, laser, PRP itu masuk grey area, sementara grey area butuh perjuangan panjang.
Menurutnya, di Indonesia masih belum dapat disepakati. Jika di negara lain mengijinkan tentunya menjadi kewenangan dari negara masing-masing. Tapi paling tidak, itu dapat dijadikan benchmark untuk merubah suatu regulasi dan sebagai daya dorong untuk perubahan.
Pada hari Rabu sore (3/10/2018) delegasi AIPNI melanjutkan perjalanannya ke Istambul-Turki.
Melalui audiensi dan kunjungan kerja tersebut, DPLN PPNI Qatar ini berdampak pada peningkatan peran perawat di luar negeri maupun pendidikan keperawatan di Indonesia. (IR)
Sumber : DPLN PPNI Qatar