Infokom DPP PPNI - Keinginan berbagai pihak untuk menjalin kerja sama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sangat besar dan dampaknya diupayakan untuk mengoptimalkan peran Perawat dan kesejahteraannya.
Berkaitan itulah Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah dan Pengurus DPP PPNI lainnya menerima kehadiran Tetsuro Haruyama selaku CEO Handi Network International (Osaka, Jepang) bersama Sony Dwiariyandi selaku Direktur Bahana Inspirasi Muda (Indonesia).
“Mereka menawarkan kerja sama untuk bisa merekrut calon Caregiver, memang mereka bukan fokus mencari kerjasama untuk merekrut Perawat,” terang Agung di Graha PPNI Jakarta, Rabu (8/3/2023).
“Karena memang fokus pekerjaan atau bisnisnya di area lansia, ini disebabkan memang angka lansia di Jepang makin tinggi bahkan sangat tinggi,” lanjutnya.
Oleh karena itu, dikatakannya ada sebuah perusahaan di Jepang (Handi Network International) itu yang memfokuskan mencari peluang kerja sama dengan negara lain termasuk Indonesia dalam hal penyediaan tenaga Caregiver.
“Sebenarnya yang mereka tawarkan adalah sebuah program pelatihan yang tidak membebani calon Caregivernya,” ungkap Ketua DPP PPNI Bidang Kerja Sama Dalam Negeri dan Luar Negeri ini.
Menurutnya, biasanya memang kalau pada kasus lain, bahwa calon Caregiver dari Indonesia itu harus mengikuti pelatihan bahasa Jepang sampai menduduki level tertentu untuk dapat menjadi Caregiver, kemudian baru dapat bekerja di Jepang. Tentunya juga biaya untuk pelatihan itu memang disiapkan oleh calon Caregiver itu sendiri.
Namun pada bentuk kerja sama ini, dijelaskannya bahwa pihak Handi Network International akan memberikan beasiswa untuk mengikuti pelatihan bahasa Jepang yang dikhususkan bagi calon Caregiver.
Ditambahkannya, tadi disebutkan pelatihan bahasa Jepang hingga level N4, sedangkan untuk menjadi Perawat di Jepang itu harus menguasai bahasa Jepang pada level N2 atau bahkan N1, yang merupakan kemampuan berbahasa Jepang paling tinggi.
Dijelaskannya, pihak Handi Network International dan Bahana Inspirasi Muda sudah bekerja sama selama ini dengan cukup baik, dan sudah merekrut sekitar 70 an orang menjadi Caregiver tahun lalu.
“Dari yang mereka (Caregiver) rekrut dan latih itu ke semuanya dari kualitas berbahasa Jepang dan keterampilan lainnya itu bagus, menurut ukurannya mereka (Handi & Bahana),” sebutnya.
“Jadi memang mereka sangat puas dengan hasil perekrutan tahun lalu, maka saat ini untuk memperluasnya,” sambungnya.
Sehubungan itulah, selanjutnya pihak Handi Network International menginginkan kerja sama dengan PPNI untuk dimungkinkan dapat merekrut calon Caregiver tersebut.
Sementara dari hasil diskusi hari ini, disampaikannya bahwa bagaimana nasib Caregiver setelah menyelesaikan program Caregiver setelah 5 tahun bekerja, dikarenakan maksimal bekerja di Jepang selama 5 tahun.
“Jika akan kembali lagi ke Indonesia pada dasarnya mereka seorang Perawat, masih bisa atau tidak untuk bekerja di Indonesia sebagai Perawat,” kata Agung, dimana juga menjadi pembahasan dan pertanyaan dari pihak Handi & Bahana.
Dipaparkannya pula saat diskusi menjawab pertanyaan itu, Harif Fadhillah mengatakan bahwa kewenangan untuk memberikan STR (Surat Tanda Registrasi) pada mereka (Caregiver) yang sudah bekerja di luar negeri itu adalah sekarang ini wewenangnya sudah ditangani oleh Konsil Keperawatan.
Namun dalam hal ini, Ketua Umum DPP PPNI mengungkapkan bahwa PPNI akan mencoba untuk membantu, mendampingi, dan memberikan advokasi agar para Caregiver yang memang dasarnya Perawat yang bekerja masih bisa mendapatkan STR.
Diucapkannya, dari pengalaman bekerja sebagai Perawat pada dasarnya saat menjadi Caregiver, sebetulnya peran Caregiver ini sudah memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
“Nah, memang pemenuhan kebutuhan dasar manusia itu, kurang lebih sekitar 20% dari keseluruhan terhadap pemberian asuhan keperawatan,” tuturnya.
Sehingga dimungkinkan menurutnya, ada kebijakan dari Konsil Keperawatan untuk kemungkinan dapat tetap memberikan STR, namun tentunya ada beberapa ketentuan atau persyaratan yang diberlakukan.
Selain itu mendiskusikan tentang kasus lain, dimana ada yang berangkat bekerja sebagai Caregiver, kemudian sesampai di Jepang, ada juga Caregiver itu belajar sendiri untuk dapat mengikuti tes dan berhasil hingga mencapai level N1.
“Dan setelah mencapai level N2 atau N1, mereka ikut test ujian negara untuk menjadi Kangoshi (istilah Perawat di Jepang), kemudian ternyata ada juga yang lulus ujian sehingga mereka menjadi Perawat di sana,” ucap Agung.
Sebenarnya permasalahan tersebut juga dipertanyakan, dimana intinya apakah dapat atau tidaknya hal itu juga di fasilitasi oleh pihak Handi Network International.
“Lalu mereka (Handi) menyampaikan, bahwa perusahaannya tersebut fokus untuk merekrut Caregiver bukan Perawat,” ujarnya.
Tapi juga disampaikannya, jika memang Caregiver ingin mencoba menjadi Perawat, maka pihak Handi akan mencoba berhubungan dengan pihak terkait yang ada di Jepang.
“Nanti pihak Handi akan berdiskusi dengan perusahaan atau agensi yang membantu mereka (Caregiver) agar bisa test ujian negara untuk menjadi Kangoshi di sana,” pungkasnya. (IR)
Audiensi DPP PPNI & Handi Network International : Bahas Peluang Kerja Sama Permintaan Caregiver di Jepang
Infokom DPP PPNI - Keinginan berbagai pihak untuk menjalin kerja sama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sangat besar dan dampaknya diupayakan untuk mengoptimalkan peran Perawat dan kesejahteraannya.
Berkaitan itulah Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah dan Pengurus DPP PPNI lainnya menerima kehadiran Tetsuro Haruyama selaku CEO Handi Network International (Osaka, Jepang) bersama Sony Dwiariyandi selaku Direktur Bahana Inspirasi Muda (Indonesia).
“Mereka menawarkan kerja sama untuk bisa merekrut calon Caregiver, memang mereka bukan fokus mencari kerjasama untuk merekrut Perawat,” terang Agung di Graha PPNI Jakarta, Rabu (8/3/2023).
“Karena memang fokus pekerjaan atau bisnisnya di area lansia, ini disebabkan memang angka lansia di Jepang makin tinggi bahkan sangat tinggi,” lanjutnya.
Oleh karena itu, dikatakannya ada sebuah perusahaan di Jepang (Handi Network International) itu yang memfokuskan mencari peluang kerja sama dengan negara lain termasuk Indonesia dalam hal penyediaan tenaga Caregiver.
“Sebenarnya yang mereka tawarkan adalah sebuah program pelatihan yang tidak membebani calon Caregivernya,” ungkap Ketua DPP PPNI Bidang Kerja Sama Dalam Negeri dan Luar Negeri ini.
Menurutnya, biasanya memang kalau pada kasus lain, bahwa calon Caregiver dari Indonesia itu harus mengikuti pelatihan bahasa Jepang sampai menduduki level tertentu untuk dapat menjadi Caregiver, kemudian baru dapat bekerja di Jepang. Tentunya juga biaya untuk pelatihan itu memang disiapkan oleh calon Caregiver itu sendiri.
Namun pada bentuk kerja sama ini, dijelaskannya bahwa pihak Handi Network International akan memberikan beasiswa untuk mengikuti pelatihan bahasa Jepang yang dikhususkan bagi calon Caregiver.
Ditambahkannya, tadi disebutkan pelatihan bahasa Jepang hingga level N4, sedangkan untuk menjadi Perawat di Jepang itu harus menguasai bahasa Jepang pada level N2 atau bahkan N1, yang merupakan kemampuan berbahasa Jepang paling tinggi.
Dijelaskannya, pihak Handi Network International dan Bahana Inspirasi Muda sudah bekerja sama selama ini dengan cukup baik, dan sudah merekrut sekitar 70 an orang menjadi Caregiver tahun lalu.
“Dari yang mereka (Caregiver) rekrut dan latih itu ke semuanya dari kualitas berbahasa Jepang dan keterampilan lainnya itu bagus, menurut ukurannya mereka (Handi & Bahana),” sebutnya.
“Jadi memang mereka sangat puas dengan hasil perekrutan tahun lalu, maka saat ini untuk memperluasnya,” sambungnya.
Sehubungan itulah, selanjutnya pihak Handi Network International menginginkan kerja sama dengan PPNI untuk dimungkinkan dapat merekrut calon Caregiver tersebut.
Sementara dari hasil diskusi hari ini, disampaikannya bahwa bagaimana nasib Caregiver setelah menyelesaikan program Caregiver setelah 5 tahun bekerja, dikarenakan maksimal bekerja di Jepang selama 5 tahun.
“Jika akan kembali lagi ke Indonesia pada dasarnya mereka seorang Perawat, masih bisa atau tidak untuk bekerja di Indonesia sebagai Perawat,” kata Agung, dimana juga menjadi pembahasan dan pertanyaan dari pihak Handi & Bahana.
Dipaparkannya pula saat diskusi menjawab pertanyaan itu, Harif Fadhillah mengatakan bahwa kewenangan untuk memberikan STR (Surat Tanda Registrasi) pada mereka (Caregiver) yang sudah bekerja di luar negeri itu adalah sekarang ini wewenangnya sudah ditangani oleh Konsil Keperawatan.
Namun dalam hal ini, Ketua Umum DPP PPNI mengungkapkan bahwa PPNI akan mencoba untuk membantu, mendampingi, dan memberikan advokasi agar para Caregiver yang memang dasarnya Perawat yang bekerja masih bisa mendapatkan STR.
Diucapkannya, dari pengalaman bekerja sebagai Perawat pada dasarnya saat menjadi Caregiver, sebetulnya peran Caregiver ini sudah memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
“Nah, memang pemenuhan kebutuhan dasar manusia itu, kurang lebih sekitar 20% dari keseluruhan terhadap pemberian asuhan keperawatan,” tuturnya.
Sehingga dimungkinkan menurutnya, ada kebijakan dari Konsil Keperawatan untuk kemungkinan dapat tetap memberikan STR, namun tentunya ada beberapa ketentuan atau persyaratan yang diberlakukan.
Selain itu mendiskusikan tentang kasus lain, dimana ada yang berangkat bekerja sebagai Caregiver, kemudian sesampai di Jepang, ada juga Caregiver itu belajar sendiri untuk dapat mengikuti tes dan berhasil hingga mencapai level N1.
“Dan setelah mencapai level N2 atau N1, mereka ikut test ujian negara untuk menjadi Kangoshi (istilah Perawat di Jepang), kemudian ternyata ada juga yang lulus ujian sehingga mereka menjadi Perawat di sana,” ucap Agung.
Sebenarnya permasalahan tersebut juga dipertanyakan, dimana intinya apakah dapat atau tidaknya hal itu juga di fasilitasi oleh pihak Handi Network International.
“Lalu mereka (Handi) menyampaikan, bahwa perusahaannya tersebut fokus untuk merekrut Caregiver bukan Perawat,” ujarnya.
Tapi juga disampaikannya, jika memang Caregiver ingin mencoba menjadi Perawat, maka pihak Handi akan mencoba berhubungan dengan pihak terkait yang ada di Jepang.
“Nanti pihak Handi akan berdiskusi dengan perusahaan atau agensi yang membantu mereka (Caregiver) agar bisa test ujian negara untuk menjadi Kangoshi di sana,” pungkasnya. (IR)