Infokom DPP PPNI - Upaya Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk meningkatkan kompetensi Perawat terus dilakukan melalui pelatihan yang efisien dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan virtual reality (VR).
Sehubungan hal itu, Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah telah melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan Omar Lodhi selaku Founder and CEO dari Zafyre.
Didampingi Agung Waluyo selaku Ketua DPP PPNI Bidang Kerja Sama Dalam Negeri dan Luar Negeri, Ketua DPP PPNI Bidang Sisinfokom Rohman Azzam, dan Anggota Departemen Hukum dan Perundang-undangan DPP PPNI Ahmad Efendi Kasim.
Turut hadir dari pihak Zafyre, Poenky (Chief Commercial Officer), Anton Saputra (Busines Development Manajer) dan Azmi Syahwa (Clinical Officer).
“Hari ini penandatanganan atau MOU antara DPP PPNI dan PT Zafyre Indonesia (Zafyre), ini merupakan kegiatan awal untuk kerja sama pelatihan yang diberikan melalui media elektronik.
“ini merupakan suatu hal yang cukup baru, bisa dilakukan oleh PPNI dalam rangka mengefisienkan proses bisnis dari pelatihan bagi Perawat,” sambungnya.
Diterangkannya, kelebihan pelatihan ini dapat menjangkau sejawat Perawat yang berada di daerah terluar dan terjauh sekalipun, selama jaringan dukungan internetnya baik, maka akan dengan mudah melakukan pelatihan tersebut.
“Dimana saja, kapan saja, dan tentu saja ini diawasi dengan metode, monitoring dan evaluasi yang ketat,” kata Agung Waluyo setelah prosesi MoU di Graha PPNI, Jakarta (8/2/2023).
“Tidak hanya dari DPP PPNI, tetapi juga nantinya melibatkan Ikatan dan Himpunan Perawat terkait pelatihan-pelatihan tertentu,” lanjutnya.
Agung Waluyo berharap dan menginginkan agar proses pelatihan itu bukan menjadikan beban untuk memperpanjang ijin praktek bagi seorang Perawat.
Lanjutnya, tetapi hal itu justru membuat Perawat begitu semangat ingin mengikuti pelatihan ini, dikarenakan biayanya murah, mudah diakses, berbahasa Indonesia, dan sertifikatnya juga diakui dari SKP yang dikeluarkan DPP PPNI.
“Sehingga proses perpanjangan STR itu merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, bukan dipermudah ya, tetapi mudah karena pelatihannya bisa diakses dimanapun dan tidak harus berada di lokasi,” ditambahkannya.
Terkecuali memang pelatihan tersebut, disebutkannya sangat berkaitan dengan skill, maka pasti ada bagian kegiatan pelatihan yang tatap muka selain daring tadi.
Lebih lanjut diterangkannya, berdasarkan pemaparan dari Omar Lodhi bahwa pelatihan ini lebih mengedepankan asinkronus.
Artinya pelatihan tersebut menurutnya, tidak dilakukan secara langsung dan ada proses komunikasi antara pemberi dan penerima pelatihan, namun lebih kepada mereka membuka modul pelatihan dan sekaligus mempelajarinya.
“Jadi dia (peserta) mengevaluasi apakah sudah memahami kompetensi yang dipelajari dan disahkan dengan dia, dinyatakan lulus atau tidaknya dari posttest di tiap-tiap modul tersebut,” sebutnya.
Adapun pelaksanaan pelatihan itu, diucapkanya bahwa pihak Zapirex menginginkan di bulan Maret 2023 ini sudah mulai terealisasi.
“Terutama untuk topik-topik umum yang dibutuhkan Perawat saat mereka bekerja di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya,” tuturnya.
Disamping itu, diutarakannya pula keunggulan dari inovasi pelatihan ini, dimana akan mengembangkan dan menggunakan teknologi VR (virtual reality) atau realita yang divirtualkan.
Teknologi VR dijelaskannya, walaupun peserta tidak berada di lingkungan nyata atau sebenarnya, tetapi dapat di buat bahwa dia (peserta) seolah-olah berada di lingkungan nyata tersebut.
“Dengan semua gambaran visual dan audio yang mirip dengan situasi aslinya,” pungkas Agung Waluyo. (IR)
Upaya PPNI & Zafyre Merealisasikan Pelatihan Efisien Melalui Pemanfaatan Teknologi AI dan VR
Infokom DPP PPNI - Upaya Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk meningkatkan kompetensi Perawat terus dilakukan melalui pelatihan yang efisien dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan virtual reality (VR).
Sehubungan hal itu, Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah telah melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan Omar Lodhi selaku Founder and CEO dari Zafyre.
Didampingi Agung Waluyo selaku Ketua DPP PPNI Bidang Kerja Sama Dalam Negeri dan Luar Negeri, Ketua DPP PPNI Bidang Sisinfokom Rohman Azzam, dan Anggota Departemen Hukum dan Perundang-undangan DPP PPNI Ahmad Efendi Kasim.
Turut hadir dari pihak Zafyre, Poenky (Chief Commercial Officer), Anton Saputra (Busines Development Manajer) dan Azmi Syahwa (Clinical Officer).
“Hari ini penandatanganan atau MOU antara DPP PPNI dan PT Zafyre Indonesia (Zafyre), ini merupakan kegiatan awal untuk kerja sama pelatihan yang diberikan melalui media elektronik.
“ini merupakan suatu hal yang cukup baru, bisa dilakukan oleh PPNI dalam rangka mengefisienkan proses bisnis dari pelatihan bagi Perawat,” sambungnya.
Diterangkannya, kelebihan pelatihan ini dapat menjangkau sejawat Perawat yang berada di daerah terluar dan terjauh sekalipun, selama jaringan dukungan internetnya baik, maka akan dengan mudah melakukan pelatihan tersebut.
“Dimana saja, kapan saja, dan tentu saja ini diawasi dengan metode, monitoring dan evaluasi yang ketat,” kata Agung Waluyo setelah prosesi MoU di Graha PPNI, Jakarta (8/2/2023).
“Tidak hanya dari DPP PPNI, tetapi juga nantinya melibatkan Ikatan dan Himpunan Perawat terkait pelatihan-pelatihan tertentu,” lanjutnya.
Agung Waluyo berharap dan menginginkan agar proses pelatihan itu bukan menjadikan beban untuk memperpanjang ijin praktek bagi seorang Perawat.
Lanjutnya, tetapi hal itu justru membuat Perawat begitu semangat ingin mengikuti pelatihan ini, dikarenakan biayanya murah, mudah diakses, berbahasa Indonesia, dan sertifikatnya juga diakui dari SKP yang dikeluarkan DPP PPNI.
“Sehingga proses perpanjangan STR itu merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, bukan dipermudah ya, tetapi mudah karena pelatihannya bisa diakses dimanapun dan tidak harus berada di lokasi,” ditambahkannya.
Terkecuali memang pelatihan tersebut, disebutkannya sangat berkaitan dengan skill, maka pasti ada bagian kegiatan pelatihan yang tatap muka selain daring tadi.
Lebih lanjut diterangkannya, berdasarkan pemaparan dari Omar Lodhi bahwa pelatihan ini lebih mengedepankan asinkronus.
Artinya pelatihan tersebut menurutnya, tidak dilakukan secara langsung dan ada proses komunikasi antara pemberi dan penerima pelatihan, namun lebih kepada mereka membuka modul pelatihan dan sekaligus mempelajarinya.
“Jadi dia (peserta) mengevaluasi apakah sudah memahami kompetensi yang dipelajari dan disahkan dengan dia, dinyatakan lulus atau tidaknya dari posttest di tiap-tiap modul tersebut,” sebutnya.
Adapun pelaksanaan pelatihan itu, diucapkanya bahwa pihak Zapirex menginginkan di bulan Maret 2023 ini sudah mulai terealisasi.
“Terutama untuk topik-topik umum yang dibutuhkan Perawat saat mereka bekerja di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya,” tuturnya.
Disamping itu, diutarakannya pula keunggulan dari inovasi pelatihan ini, dimana akan mengembangkan dan menggunakan teknologi VR (virtual reality) atau realita yang divirtualkan.
Teknologi VR dijelaskannya, walaupun peserta tidak berada di lingkungan nyata atau sebenarnya, tetapi dapat di buat bahwa dia (peserta) seolah-olah berada di lingkungan nyata tersebut.
“Dengan semua gambaran visual dan audio yang mirip dengan situasi aslinya,” pungkas Agung Waluyo. (IR)