Infokom DPP PPNI - Kepedulian insan Perawat melalui Badan Penanggulangan Bencana (Bapena) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah membuktikan kontribusinya bagi korban gempa di Cianjur, Jawa Barat.
Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah didampingi PPNI Jawa Barat Budiman, Ketua DPD PPNI lainnya dan para Pengurus PPNI meninjau posko kesehatan Bapena PPNI.
Dukungan maupun kontribusi seluruh Pengurus PPNI termasuk institusi pendidikan keperawatan masih berlangsung dalam penanganan korban gempa Cianjur.
“Wlayah Desa Cijedil Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur termasuk daerah yang parah, dimana ada 326 orang pengungsi disini yang dititipkan Puskesmas Cijedil kepada BAPENA PPNI,” ungkap Mulyono selaku Ketua DPD PPNI Kota Bekasi, melalui hubungan telepon, Rabu (7/12/2022).
Dikatakannya, PPNI Kota Bekasi turut berpartisipasi dikarenakan bagian dari PPNI, sementara Bapena PPNI Jawa Barat itu poskonya berada di daerah Cijedil, dimana di depan posko itu ada 326 pengungsi.
“Kami PPNI Kota Bekasi ikut berpartisipasi dan peduli terhadap saudara kita yang mengalami musibah,” terang Mulyono.
Saat memberikan bantuan diungkapkannya, ada bahan-bahan makanan kering, minuman susu siap saji, pakaian dalam pria/wanita, terpal, makanan sarden, obat-obatan untuk kondisi batuk, dan suplemen serta kebutuhan lainnya.
Dijelaskannya, hingga kini Perawat masih berada di posko setiap harinya dan berjaga secara bergantian, dimana DPD Cianjur sebagai tuan rumah.
“Kalau dari Bapena PPNI Jawa Barat itu, setiap hari ada 2 orang standby di posko,” sebutnya.
Mulyono mengatakan bahwa proses recovery (pemulihan) memerlukan waktu yang lama, kemungkinan paling cepat 2 bulan. Rata-rata para korban dari pengungsi itu rumahnya hancur atau rumah masih utuh tapi sudah tidak aman ditempati.
Ditambahkannya, para pengungsi berada di tempat penggungsian itu bisa paling cepat 2 hingga 3 bulan, dikarenakan perlu waktu untuk memperbaiki rumah mereka.
Menurutnya, pengungsi tersebut menjadi tanggung jawab setelah berada disitu dalam waktu yang lama, dimana di tempat yang kurang memadai tersebut berdampak pula pada kesehatan bagi pengungsi atau rentan terhadap penyakit.
Lanjutnya, kondisi para pengungsi pada saat ini mulai-mulai muncul gatal-gatal dan batuk filek sementara korban luka dapat diatasi, namun jika tak teratasi dapat dirujuk.
“Bagi korban yang luka-luka sudah aman dan dapat diatasi, tidak terjadi infeksi, sementara jika ada yang tak bisa teratasi dapat langsung dibawa ke rumah sakit,” pungkasnya. (IR)
PPNI Kota Bekasi Beri Bantuan Korban Gempa Cianjur & Bersinergi Bersama Bapena PPNI
Infokom DPP PPNI - Kepedulian insan Perawat melalui Badan Penanggulangan Bencana (Bapena) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah membuktikan kontribusinya bagi korban gempa di Cianjur, Jawa Barat.
Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah didampingi PPNI Jawa Barat Budiman, Ketua DPD PPNI lainnya dan para Pengurus PPNI meninjau posko kesehatan Bapena PPNI.
Dukungan maupun kontribusi seluruh Pengurus PPNI termasuk institusi pendidikan keperawatan masih berlangsung dalam penanganan korban gempa Cianjur.
“Wlayah Desa Cijedil Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur termasuk daerah yang parah, dimana ada 326 orang pengungsi disini yang dititipkan Puskesmas Cijedil kepada BAPENA PPNI,” ungkap Mulyono selaku Ketua DPD PPNI Kota Bekasi, melalui hubungan telepon, Rabu (7/12/2022).
Dikatakannya, PPNI Kota Bekasi turut berpartisipasi dikarenakan bagian dari PPNI, sementara Bapena PPNI Jawa Barat itu poskonya berada di daerah Cijedil, dimana di depan posko itu ada 326 pengungsi.
“Kami PPNI Kota Bekasi ikut berpartisipasi dan peduli terhadap saudara kita yang mengalami musibah,” terang Mulyono.
Saat memberikan bantuan diungkapkannya, ada bahan-bahan makanan kering, minuman susu siap saji, pakaian dalam pria/wanita, terpal, makanan sarden, obat-obatan untuk kondisi batuk, dan suplemen serta kebutuhan lainnya.
Dijelaskannya, hingga kini Perawat masih berada di posko setiap harinya dan berjaga secara bergantian, dimana DPD Cianjur sebagai tuan rumah.
“Kalau dari Bapena PPNI Jawa Barat itu, setiap hari ada 2 orang standby di posko,” sebutnya.
Mulyono mengatakan bahwa proses recovery (pemulihan) memerlukan waktu yang lama, kemungkinan paling cepat 2 bulan. Rata-rata para korban dari pengungsi itu rumahnya hancur atau rumah masih utuh tapi sudah tidak aman ditempati.
Ditambahkannya, para pengungsi berada di tempat penggungsian itu bisa paling cepat 2 hingga 3 bulan, dikarenakan perlu waktu untuk memperbaiki rumah mereka.
Menurutnya, pengungsi tersebut menjadi tanggung jawab setelah berada disitu dalam waktu yang lama, dimana di tempat yang kurang memadai tersebut berdampak pula pada kesehatan bagi pengungsi atau rentan terhadap penyakit.
Lanjutnya, kondisi para pengungsi pada saat ini mulai-mulai muncul gatal-gatal dan batuk filek sementara korban luka dapat diatasi, namun jika tak teratasi dapat dirujuk.
“Bagi korban yang luka-luka sudah aman dan dapat diatasi, tidak terjadi infeksi, sementara jika ada yang tak bisa teratasi dapat langsung dibawa ke rumah sakit,” pungkasnya. (IR)