Infokom DPP PPNI - Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terus konsisten memberikan edukasi secara online kepada anggota Perawat.
Melalui Nursing Zoominar PPNI Ke 317, mengangkat tema Perawatan Luka Pengkajian & Pemilihan Dressing, Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Satgas Covid-19 DPP PPNI menghadirkan narasumber Anik Inayati dan Rubiyanto Warja, serta moderator Nani Rukmanah.
“Beliau (Harif Fadhillah) masih bekerja mengadvokasi demi kesejahteraan Perawat baik yang swasta, ASN dan juga bagaimana kesejahteraan terkait juga tunjangan fungsionalnya,” ucap Ahmad Eru Saprudin saat membuka Nursing Zoominar ke 317, Rabu (7/9/2022).
Diungkapkannya, Ketua Umum DPP PPNI juga memperhatikan dan mendukung peningkatan status kerja bagi seluruh Perawat, dimana tujuannya demi kesejahteraan anggota.
Sekretaris II DPP PPNI ini menerangkan bahwa Ketua Umum DPP PPNI, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan jajaran Pengurus DPP PPNI lainnya sedang melakukan TOT Terintegrasi ke seluruh Provinsi, dan hingga saat ini sudah dilaksanakan di 12 Provinsi.
“TOT ini salah satunya adalah pembinaan, sedangkan pembinaan itu merupakan perintah dari UU keperawatan, bahwa pimpinan PPNI harus melakukan pembinaan kepada Pengurus secara berjenjang,” sebutnya.
Dikatakannya, dalam TOT ini adanya penyelarasan program, informasi, sosialisasi terkait PO, kebijakan, peraturan termasuk informasi update dari PPNI.
Selanjutnya, ada rencana tindak lanjut setelah mengikuti TOT Terintegrasi, dimana DPW PPNI masing-masing untuk terus melanjutkan informasi tersebut sampai kepada anggotanya.
Peraturan organisasi menurutnya sudah diatur semua, agar dapat mengetahui pengelolaan kesekretariatan, administrasi, keuangan, kerja sama, praktik keperawatan dan sebagainya.
“Itu semua sudah diatur, jadi tinggal bagaimana dipelajari oleh Pengurus atau mungkin ada anggota belum mendapatkannya, bisa menanyakan secara berjenjang kepada masing-masing Pengurus setempat,” ucapnya.
Diutarakannya, mengenai topik Nursing Zoominar kali ini perawatan luka menjadi penting terutama mengenai pengkajian, dan pengkajian ini erat kaitannya dengan proses penyembuhan luka.
Menurutnya, kemungkinan pada waktu lalu saat melakukan perawatan luka tidak berpikir terhadap latar belakang pasien, yang penting dirawat lukanya kemudian selesai.
“Untuk sekarang ini perawatan luka yang mengalami luka, sekarang mulai makin banyak penyertanya atau keluhan. Mungkin saja yang luka disertai penyakit-penyakit tambahan yang dapat memperlambat proses perawatan luka,” katanya.
Diingatkannya kalau pengkajiannya kurang jelas dan rinci, maka bisa saja harusnya perawatan luka cepat dapat menjadi lambat, sehingga pengkajian itu menjadi penting, kemungkinan adakah penyakit penyerta seperti DM atau penyakit lainnya pada diri pasien yang sedang melakukan perawatan luka.
Disamping itu juga, bagi yang merawat juga harus sudah tepat pula agar pasien dapat terhindar dari infeksi atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Dikatakannya, penting memperhatikan bagaimana prinsip yang dilakukan pada saat perawatan luka, agar supaya tepat dan cepat juga yang terpenting kenyamanan buat pasien. Berdasarkan data WHO yang berkaitan kasus infeksi dalam perawatan luka di Indonesia belum tinggi pada tingkat global.
Selain itu, perlu pula memperhatikan aspek hukum dan legalnya. Saat melakukan penelitian sekaligus terus mempelajarinya, apakah sudah tepat dalam menangani perawatan luka tersebut.
“Jadi terus dikaji, kita terus belajar untuk bagaimana menjaga mutu, kompetensi Perawat Indonesia,” pungkasnya. (IR)
Nursing Zoominar PPNI Ke 317 : Edukasi Perawatan Luka, Pengkajian & Pemilihan Dressing
Infokom DPP PPNI - Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terus konsisten memberikan edukasi secara online kepada anggota Perawat.
Melalui Nursing Zoominar PPNI Ke 317, mengangkat tema Perawatan Luka Pengkajian & Pemilihan Dressing, Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Satgas Covid-19 DPP PPNI menghadirkan narasumber Anik Inayati dan Rubiyanto Warja, serta moderator Nani Rukmanah.
“Beliau (Harif Fadhillah) masih bekerja mengadvokasi demi kesejahteraan Perawat baik yang swasta, ASN dan juga bagaimana kesejahteraan terkait juga tunjangan fungsionalnya,” ucap Ahmad Eru Saprudin saat membuka Nursing Zoominar ke 317, Rabu (7/9/2022).
Diungkapkannya, Ketua Umum DPP PPNI juga memperhatikan dan mendukung peningkatan status kerja bagi seluruh Perawat, dimana tujuannya demi kesejahteraan anggota.
Sekretaris II DPP PPNI ini menerangkan bahwa Ketua Umum DPP PPNI, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan jajaran Pengurus DPP PPNI lainnya sedang melakukan TOT Terintegrasi ke seluruh Provinsi, dan hingga saat ini sudah dilaksanakan di 12 Provinsi.
“TOT ini salah satunya adalah pembinaan, sedangkan pembinaan itu merupakan perintah dari UU keperawatan, bahwa pimpinan PPNI harus melakukan pembinaan kepada Pengurus secara berjenjang,” sebutnya.
Dikatakannya, dalam TOT ini adanya penyelarasan program, informasi, sosialisasi terkait PO, kebijakan, peraturan termasuk informasi update dari PPNI.
Selanjutnya, ada rencana tindak lanjut setelah mengikuti TOT Terintegrasi, dimana DPW PPNI masing-masing untuk terus melanjutkan informasi tersebut sampai kepada anggotanya.
Peraturan organisasi menurutnya sudah diatur semua, agar dapat mengetahui pengelolaan kesekretariatan, administrasi, keuangan, kerja sama, praktik keperawatan dan sebagainya.
“Itu semua sudah diatur, jadi tinggal bagaimana dipelajari oleh Pengurus atau mungkin ada anggota belum mendapatkannya, bisa menanyakan secara berjenjang kepada masing-masing Pengurus setempat,” ucapnya.
Diutarakannya, mengenai topik Nursing Zoominar kali ini perawatan luka menjadi penting terutama mengenai pengkajian, dan pengkajian ini erat kaitannya dengan proses penyembuhan luka.
Menurutnya, kemungkinan pada waktu lalu saat melakukan perawatan luka tidak berpikir terhadap latar belakang pasien, yang penting dirawat lukanya kemudian selesai.
“Untuk sekarang ini perawatan luka yang mengalami luka, sekarang mulai makin banyak penyertanya atau keluhan. Mungkin saja yang luka disertai penyakit-penyakit tambahan yang dapat memperlambat proses perawatan luka,” katanya.
Diingatkannya kalau pengkajiannya kurang jelas dan rinci, maka bisa saja harusnya perawatan luka cepat dapat menjadi lambat, sehingga pengkajian itu menjadi penting, kemungkinan adakah penyakit penyerta seperti DM atau penyakit lainnya pada diri pasien yang sedang melakukan perawatan luka.
Disamping itu juga, bagi yang merawat juga harus sudah tepat pula agar pasien dapat terhindar dari infeksi atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Dikatakannya, penting memperhatikan bagaimana prinsip yang dilakukan pada saat perawatan luka, agar supaya tepat dan cepat juga yang terpenting kenyamanan buat pasien. Berdasarkan data WHO yang berkaitan kasus infeksi dalam perawatan luka di Indonesia belum tinggi pada tingkat global.
Selain itu, perlu pula memperhatikan aspek hukum dan legalnya. Saat melakukan penelitian sekaligus terus mempelajarinya, apakah sudah tepat dalam menangani perawatan luka tersebut.
“Jadi terus dikaji, kita terus belajar untuk bagaimana menjaga mutu, kompetensi Perawat Indonesia,” pungkasnya. (IR)