PPNI Terima Edukasi Transformasi Teknologi Keperawatan Gerontik <p> <a href="" class="thickbox" title="" ><img src="" alt="" /> </a> <p style="text-align: justify;"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Infokom DPP PPNI - Dukungan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dalam upaya penerapan transformasi teknologi saat ini maupun akan datang pada layanan keperawatan terealisasi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Dalam hal ini Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Pengurus DPP PPNI lainnya menerima audiensi dari National College of Nursing Japan (NCNJ) di Graha PPNI Jakarta.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Turut mendampingi Ketua Pengurus Pusat (PP) Ikatan Perawat Gerontik Indonesia (IPEGERI) Shinta Silaswati dan perwakilan Pengurus Wilayah IPEGERI.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Sementara tamu dari Jepang yaitu Shigeaki Watanuki dan Kyoku Sudo.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">“Mereka (tamu pihak Jepang) ini, satu dari Perguruan Tinggi memang konsentrasinya itu salah satunya adalah mereka punya Fakultas Keperawatan Gerontik, dan yang satunya memang menaungi Rumah Sakit dan Pendidikan Negeri,” ungkap Shinta Silaswati setelah audiensi, Senin, (15/8/2022).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Dikatakannya, pihak IPEGERI sudah bekerja sama selama 3 tahun dan ini adalah tahun ketiga. Dimana pada saat pandemi lalu, mahasiswa tidak dapat berpraktek, kemudian pihaknya mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan virtual reality (VR).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">“Supaya mahasiswa seolah-olah itu memegang pasien, baik di tingkat kurikulum, lalu kita melaksanakannya,” sebutnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Diterangkannya, tahun ini rencananya akan dievaluasi apakah metode VR itu efektif untuk menggantikan praktek di laboratorium yang memang tidak dapat menggunakan pasien atau praktek ke pasien tapi tidak ada pasiennya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">“Harusnya kan ketemu pasien, ini tidak bertemu pasien tapi seolah-olah bertemu dengan pasien menggunakan teknologi ini,” ucapnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Maka dari itu diungkapkannya, mereka datang tahun ini untuk mewawancarai 5 Perguruan Tinggi yaitu Politekkes Jakarta, Universitas Sumatera Utara, Universitas Padjadjaran, Universitas Airlangga, dan Universitas Hasanudin.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Ditambahkannya, nanti juga ada kunjungan ke beberapa Rumah Sakit diantaranya : RS USU, RSCM, RS Padjadjaran, RS Hasanudin dan RS Hasan Sadikin.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">“Jadi setelah belajar di kampus, bagaimana aplikasinya nanti di Rumah Sakit, nah ini akan diukur. Bisa atau tidak antara menggunakan alat itu (seolah-olah dengan pasien), lalu ke lapangan ke pasien benaran, nah itu tahap selanjutnya,” jelasnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Diharapkan dari pertemuan tersebut, bahwa hal itu ada suatu transformasi teknologi yang memungkinkan dalam menghadapi pandemi, dikarenakan pandemi bukan hanya Covid-19 saja, dan juga ada pandemi lain yang menyebabkan tidak dapat berkontak langsung dengan pasien.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Diinginkannya pula, ada kemungkinan teknologi yang menjembatani agar peran Perawat tetap terlaksana, dan tetap dapat merawat pasien sesuai dengan kondisi sebenarnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">“Pada saat di tatanan nyata di Rumah Sakit tidak ada beda, bahwa tekonologi yang digunakan tetap bisa digunakan agar mahasiswa ini betul-betul bisa merawat pasien nyata atau yang sebenarnya,” pungkasnya. (IR)</span></p> </p> </p>

PPNI Terima Edukasi Transformasi Teknologi Keperawatan Gerontik

Infokom DPP PPNI - Dukungan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dalam upaya penerapan transformasi teknologi saat ini maupun akan datang pada layanan keperawatan terealisasi.

Dalam hal ini Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Pengurus DPP PPNI lainnya menerima audiensi dari National College of Nursing Japan (NCNJ) di Graha PPNI Jakarta.

Turut mendampingi Ketua Pengurus Pusat (PP) Ikatan Perawat Gerontik Indonesia (IPEGERI) Shinta Silaswati dan perwakilan Pengurus Wilayah IPEGERI.

Sementara tamu dari Jepang yaitu Shigeaki Watanuki dan Kyoku Sudo.

“Mereka (tamu pihak Jepang) ini, satu dari Perguruan Tinggi memang konsentrasinya itu salah satunya adalah mereka punya Fakultas Keperawatan Gerontik, dan yang satunya memang menaungi Rumah Sakit dan Pendidikan Negeri,” ungkap Shinta Silaswati setelah audiensi, Senin, (15/8/2022).

Dikatakannya, pihak IPEGERI sudah bekerja sama selama 3 tahun dan ini adalah tahun ketiga. Dimana pada saat pandemi lalu, mahasiswa tidak dapat berpraktek, kemudian pihaknya mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan virtual reality (VR).

“Supaya mahasiswa seolah-olah itu memegang pasien, baik di tingkat kurikulum, lalu kita melaksanakannya,” sebutnya.

Diterangkannya, tahun ini rencananya akan dievaluasi apakah metode VR itu efektif untuk menggantikan praktek di laboratorium yang memang tidak dapat menggunakan pasien atau praktek ke pasien tapi tidak ada pasiennya.

“Harusnya kan ketemu pasien, ini tidak bertemu pasien tapi seolah-olah bertemu dengan pasien menggunakan teknologi ini,” ucapnya.

Maka dari itu diungkapkannya, mereka datang tahun ini untuk mewawancarai 5 Perguruan Tinggi yaitu Politekkes Jakarta, Universitas Sumatera Utara, Universitas Padjadjaran, Universitas Airlangga, dan Universitas Hasanudin.

Ditambahkannya, nanti juga ada kunjungan ke beberapa Rumah Sakit diantaranya : RS USU, RSCM, RS Padjadjaran, RS Hasanudin dan RS Hasan Sadikin.

“Jadi setelah belajar di kampus, bagaimana aplikasinya nanti di Rumah Sakit, nah ini akan diukur. Bisa atau tidak antara menggunakan alat itu (seolah-olah dengan pasien), lalu ke lapangan ke pasien benaran, nah itu tahap selanjutnya,” jelasnya.

Diharapkan dari pertemuan tersebut, bahwa hal itu ada suatu transformasi teknologi yang memungkinkan dalam menghadapi pandemi, dikarenakan pandemi bukan hanya Covid-19 saja, dan juga ada pandemi lain yang menyebabkan tidak dapat berkontak langsung dengan pasien.

Diinginkannya pula, ada kemungkinan teknologi yang menjembatani agar peran Perawat tetap terlaksana, dan tetap dapat merawat pasien sesuai dengan kondisi sebenarnya.

“Pada saat di tatanan nyata di Rumah Sakit tidak ada beda, bahwa tekonologi yang digunakan tetap bisa digunakan agar mahasiswa ini betul-betul bisa merawat pasien nyata atau yang sebenarnya,” pungkasnya. (IR)