Infokom DPP PPNI - Produktivitas Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) dalam memberikan ilmu pengetahuan bagi anggotanya secara online tidak pernah surut, walaupun masa pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
Saat ini Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI (Satgas Covid-19) telah menampilkan Daily Zoominar DPP PPNI hingga episode 199, melalui tema Healthy Aging & Askep Lansia.
Dengan menghadirkan narasumber Etty Rekawati dan Ibnu Abbas, serta moderator Ati Suryamediawati.
“Ada satu hal yang ingin saya sampaikan dalam hal istilah healthy aging, ternyata artinya bukan kesehatan lansia tapi artinya menua sehat,” kata Harif Fadhillah dalam pengarahannya, saat menjadi Keynote Speaker Zoominar episode 199, melalui kanal Youtube Bapena PPNI, Selasa (19/1/2021).
Diungkapkannya, bahwa menua sehat ini bukan hanya menjelaskan orang tua, tapi adalah orang tua yang dalam proses menua lebih lanjut, jadi ada proses menua dengan bagaimana melihat proses menua dalam kondisi yang sehat.
Menurutnya, sebagai manusia lewat ijin yang Maha Kuasa akan pasti juga ikut menua yang sesuai ajaran agama, bahwa salah satu penyakit yang tidak ada obatnya yaitu sakit tua, dan tidak bisa juga kembali menjadi ke masa muda lagi.
“Healthy aging suatu ilmu yang melihat progress civitas kesehatan seseorang yang akan menuju tua, dan ini penting itu bisa kita ketahui,” ucapnya.
Dalam pemaparannya, ada dua faktor yang mempengaruhi diri yang disebut endogen, yang dalam proses dimana dapat membuat tubuh berproses menjadi menua secara alamiah. Ada juga faktor eksogen, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, dimana seorang lansia itu yang dapat lebih mudah menjalani hidup dalam kondisi sehat.
Dikatakannya, bahwa jika mereka (lansia) dapat ditempatkan dalam lingkungan yang sehat, aman, ditengah-tengah masyarakat dan sesuai dengan budaya dan kepribadiannya.
“Ini sebenarnya cocok sekali dengan ilmu keperawatan dalam kontek ini, dikarenakan keperawatan itu dan kita sudah tahu bahwa sasaran keperawatan itu adalah klien/pasien baik itu sehat maupun sakit dalam seluruh aspek kehidupan, dari kecil sampai pada proses penuaan,” sebut Harif Fadhillah.
“Secara holistik dan komprehensif adalah biopsikososial spiritual. Saya kira tepat sekali, barangkali kita bisa berkiprah di perawatan lansia ini,” sambungnya.
Sementara itu pada penyaji materi lainnya, bahwa perlunya terobosan ke depan, dikarenakan di dalam praktiknya, dimana pelayanan lansia itu lebih banyak pada saat ini adalah panti, sedangkan panti yang dulu disebut panti jompo, yang mungkin kata panti jompo kurang pas untuk saat ini, walaupun regulasinya masih menggunakan kata rumah jompo.
“Sebenarnya rumah jompo itu bukan fasilitas kesehatan, melainkan fasilitas pelayanan sosial. Jadi kalau panti itu berada dalam binaan Kemensos, sementara fasilitas kesehatan merupakan binaan dari Kemenkes,” terangnya.
Hal ini menjadi persoalannya, menurutnya bersambung dengan soal perizinan, baik itu perizinan manusianya maupun perizinan kelembagaannya, sehingga sampai saat ini memang belum optimalisasi pelayanan kesehatan di panti lansia, dan memang sepenuhnya belum ada ketegasan.
Ditambahkannya, ada rasa syukurnya bahwa pada UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014, hal ini memberikan pintu bagi perawat, disebutkan bahwa perawat itu dapat berpraktik di Fasyankes, Praktik Mandiri, dan tempat lain sesuai klien sasaran.
Sementara tempat lain itu diucapkannya, antara lain yaitu 1. Rumah Klien (home care), 2. Rumah Jompo, 3. Panti Asuhan, 4. Panti Sosial, 5. Sekolah, 6. Perusahaan, selanjutnya dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 26 Tahun 2019, bagi yang terkait dengan perijinan dan praktik perawat, bahwa perawat dapat berpraktik di 6 tempat tersebut, dan tidak memerlukan lagi SIPP (Surat Ijin Praktik Perawat) sepanjang perawatnya telah mempunyai SIPP sebelumnya, baik di Klinik, Puskesmas atau Praktik Mandiri.
“Jika perawat punya SIPP di salah satu tempat tersebut, maka perawat boleh melakukan asuhan keperawatan di panti jompo, jadi untuk perawat sudah ada pintunya,” ungkap Harif Fadhillah.
Pendapatnya pula, tentunya dalam perawatan lansia ini menjadi trend dan luar biasa, mengingat keberhasilan program KB di Indonesia akan berdampak pula pada kelompok usia produktif, termasuk juga meningkatnya lansia dan berpotensi pula dengan masalah kesehatan lansia tersebut.
Diutarakannya, permasalahan lansia ini pada umumnya adalah masalah kesehatan yang sifatnya alami, yang sangat punya potensial adalah perawat untuk melakukan penyesuaian, agar lansia dapat hidup dengan berkualitas secara fisik, social, psiko sosial maupun spiritual, dan inilah lahan perawat yang luar biasa .
“Saya juga sudah sampaikan kepada ibu Shintha Silaswati selaku Ketua Ikatan Perawat Gerontik Indonesia (IPEGERI), untuk segera membuat modul pelatihan, sertifikasi keahlian bagi perawat lansia, agar ini menjadi salah satu tinjauan nanti dalam rangka mendorong teman perawat untuk praktik mandiri bagi lansia yang cukup banyak di negeri kita ini,” tuturnya.
Pada kesempatan ini pula, Harif Fadhillah terus mengingatkan lagi agar perawat tetap mendukung program vaksin dan teman perawat semua sudah diumumkan kemarin, bahwa jika menemukan kesulitan pendaftaran, maka saat ini sudah dilaunching tentang cara pendaftaran peserta penerima vaksin melalui WA, selain cara sebelumnya.
“Mudah-mudahan melalui WA, akan memperlancar pendaftaraan, dan teman perawat dapat segera divaksin. Saya konsen sekali dengan hal ini, saya coba memperhatikan negara-negara yang sudah melakukan vaksin, bahwa memang seluruh negara memprioritaskan tenaga kesehatan terlebih dulu, karena yang harus aman duluan adalah kita, yang akan memberikan pelayanan kepada orang lain,” tutup Harif fadhillah. (IR)
DPP PPNI Edukasikan Healthy Aging & Peluang Perawat Dalam Askep Lansia
Infokom DPP PPNI - Produktivitas Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) dalam memberikan ilmu pengetahuan bagi anggotanya secara online tidak pernah surut, walaupun masa pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
Saat ini Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI (Satgas Covid-19) telah menampilkan Daily Zoominar DPP PPNI hingga episode 199, melalui tema Healthy Aging & Askep Lansia.
Dengan menghadirkan narasumber Etty Rekawati dan Ibnu Abbas, serta moderator Ati Suryamediawati.
“Ada satu hal yang ingin saya sampaikan dalam hal istilah healthy aging, ternyata artinya bukan kesehatan lansia tapi artinya menua sehat,” kata Harif Fadhillah dalam pengarahannya, saat menjadi Keynote Speaker Zoominar episode 199, melalui kanal Youtube Bapena PPNI, Selasa (19/1/2021).
Diungkapkannya, bahwa menua sehat ini bukan hanya menjelaskan orang tua, tapi adalah orang tua yang dalam proses menua lebih lanjut, jadi ada proses menua dengan bagaimana melihat proses menua dalam kondisi yang sehat.
Menurutnya, sebagai manusia lewat ijin yang Maha Kuasa akan pasti juga ikut menua yang sesuai ajaran agama, bahwa salah satu penyakit yang tidak ada obatnya yaitu sakit tua, dan tidak bisa juga kembali menjadi ke masa muda lagi.
“Healthy aging suatu ilmu yang melihat progress civitas kesehatan seseorang yang akan menuju tua, dan ini penting itu bisa kita ketahui,” ucapnya.
Dalam pemaparannya, ada dua faktor yang mempengaruhi diri yang disebut endogen, yang dalam proses dimana dapat membuat tubuh berproses menjadi menua secara alamiah. Ada juga faktor eksogen, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, dimana seorang lansia itu yang dapat lebih mudah menjalani hidup dalam kondisi sehat.
Dikatakannya, bahwa jika mereka (lansia) dapat ditempatkan dalam lingkungan yang sehat, aman, ditengah-tengah masyarakat dan sesuai dengan budaya dan kepribadiannya.
“Ini sebenarnya cocok sekali dengan ilmu keperawatan dalam kontek ini, dikarenakan keperawatan itu dan kita sudah tahu bahwa sasaran keperawatan itu adalah klien/pasien baik itu sehat maupun sakit dalam seluruh aspek kehidupan, dari kecil sampai pada proses penuaan,” sebut Harif Fadhillah.
“Secara holistik dan komprehensif adalah biopsikososial spiritual. Saya kira tepat sekali, barangkali kita bisa berkiprah di perawatan lansia ini,” sambungnya.
Sementara itu pada penyaji materi lainnya, bahwa perlunya terobosan ke depan, dikarenakan di dalam praktiknya, dimana pelayanan lansia itu lebih banyak pada saat ini adalah panti, sedangkan panti yang dulu disebut panti jompo, yang mungkin kata panti jompo kurang pas untuk saat ini, walaupun regulasinya masih menggunakan kata rumah jompo.
“Sebenarnya rumah jompo itu bukan fasilitas kesehatan, melainkan fasilitas pelayanan sosial. Jadi kalau panti itu berada dalam binaan Kemensos, sementara fasilitas kesehatan merupakan binaan dari Kemenkes,” terangnya.
Hal ini menjadi persoalannya, menurutnya bersambung dengan soal perizinan, baik itu perizinan manusianya maupun perizinan kelembagaannya, sehingga sampai saat ini memang belum optimalisasi pelayanan kesehatan di panti lansia, dan memang sepenuhnya belum ada ketegasan.
Ditambahkannya, ada rasa syukurnya bahwa pada UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014, hal ini memberikan pintu bagi perawat, disebutkan bahwa perawat itu dapat berpraktik di Fasyankes, Praktik Mandiri, dan tempat lain sesuai klien sasaran.
Sementara tempat lain itu diucapkannya, antara lain yaitu 1. Rumah Klien (home care), 2. Rumah Jompo, 3. Panti Asuhan, 4. Panti Sosial, 5. Sekolah, 6. Perusahaan, selanjutnya dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 26 Tahun 2019, bagi yang terkait dengan perijinan dan praktik perawat, bahwa perawat dapat berpraktik di 6 tempat tersebut, dan tidak memerlukan lagi SIPP (Surat Ijin Praktik Perawat) sepanjang perawatnya telah mempunyai SIPP sebelumnya, baik di Klinik, Puskesmas atau Praktik Mandiri.
“Jika perawat punya SIPP di salah satu tempat tersebut, maka perawat boleh melakukan asuhan keperawatan di panti jompo, jadi untuk perawat sudah ada pintunya,” ungkap Harif Fadhillah.
Pendapatnya pula, tentunya dalam perawatan lansia ini menjadi trend dan luar biasa, mengingat keberhasilan program KB di Indonesia akan berdampak pula pada kelompok usia produktif, termasuk juga meningkatnya lansia dan berpotensi pula dengan masalah kesehatan lansia tersebut.
Diutarakannya, permasalahan lansia ini pada umumnya adalah masalah kesehatan yang sifatnya alami, yang sangat punya potensial adalah perawat untuk melakukan penyesuaian, agar lansia dapat hidup dengan berkualitas secara fisik, social, psiko sosial maupun spiritual, dan inilah lahan perawat yang luar biasa .
“Saya juga sudah sampaikan kepada ibu Shintha Silaswati selaku Ketua Ikatan Perawat Gerontik Indonesia (IPEGERI), untuk segera membuat modul pelatihan, sertifikasi keahlian bagi perawat lansia, agar ini menjadi salah satu tinjauan nanti dalam rangka mendorong teman perawat untuk praktik mandiri bagi lansia yang cukup banyak di negeri kita ini,” tuturnya.
Pada kesempatan ini pula, Harif Fadhillah terus mengingatkan lagi agar perawat tetap mendukung program vaksin dan teman perawat semua sudah diumumkan kemarin, bahwa jika menemukan kesulitan pendaftaran, maka saat ini sudah dilaunching tentang cara pendaftaran peserta penerima vaksin melalui WA, selain cara sebelumnya.
“Mudah-mudahan melalui WA, akan memperlancar pendaftaraan, dan teman perawat dapat segera divaksin. Saya konsen sekali dengan hal ini, saya coba memperhatikan negara-negara yang sudah melakukan vaksin, bahwa memang seluruh negara memprioritaskan tenaga kesehatan terlebih dulu, karena yang harus aman duluan adalah kita, yang akan memberikan pelayanan kepada orang lain,” tutup Harif fadhillah. (IR)