Infokom DPP PPNI - Keterlibatan organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia maupun tenaga perawat sangat dibutuhkan dalam mensukseskan program pemerintah yaitu pemberian Vaksin Covid-19.
Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah di berbagai kesempatan selalu dilibatkan dalam kontribusinya secara aktif pada proses sebelum maupun disaat berlangsungnya program pemerintah tersebut.
Sementara itu, Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI (Satgas Covid-19) secara kontinyu dengan terus menggelar Daily Zoominar DPP PPNI hingga episode 185, melalui tema New Normal di Arab Saudi.
Dengan menghadirkan narasumber Ade Koswara selaku Ketua DPLN PPNI Arab Saudi, bersama Abdul Hamid selaku Divisi Hubungan Antar Lembaga DPLN PPNI Arab Saudi, serta dipandu moderator Irna Nursanti.
“Bicara tema new normal, saya kira ada kepentingannya new normal bagi perawat. Tentu kepentingannya adalah new normal atau adaptasi kehidupan new normal, bagi kita adalah bagaimana kita mampu hidup di masa pandemi yang mungkin akan lama selesainya,” ucap Harif Fadhillah, saat menjadi Keynote Speaker pada Daily Zoominar episode 185, melalui kanal Youtube Bapena PPNI, Senin (28/12/2020).
Diterangkannya, untuk tetap beraktifitas yang prima dan produktif, dengan memberikan pelayanan berkualitas dan tanpa terpapar Covid-19, hal ini yang dimaknai sebagai adaptasi kehidupan baru atau new normal.
“Jadi tetap produktif, beraktifitas, berkualitas, dan tanpa terpapar. Inilah yang menjadi catatan penting di akhir tahun ini memasuki tahun 2021 dalam resolusi kita menghadapi pandemi ini,” harap Harif Fadhillah.
Oleh karena itu, menurutnya yang menjadi pegangan adalah bagaimana menjaga kesehatan bagi diri sendiri, melalui berbagai instrumen. Jika di tempat kerja adanya instrumen pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), adanya SPO di fasilitas kesehatan, protap, yang harus dijaga dan dipatuhi serta dilaksanakan sebagaimana mestinya.
“Bila kita berada di tengah masyarakat, bahwa 3M (pakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) itu yang penting untuk dilaksanakan, dan perawat juga harus menjadi contoh atau role model untuk pelaksanaan protokol kesehatan di lingkungannya,” sebutnya.
Dalam memasuki adaptasi kebiasaan baru dengan new normal, dijelaskannya ada 3 hal yang belum ada dan menjadi persoalan, yaitu pertama adalah masalah obat Covid-19, kedua yaitu Vaksin belum ada, dan ketiga yaitu perilaku masyarakat belum sepenuhnya diterapkan.
Disamping itu, diharapkannya pula agar bagaimana semua komponen yang berwenang harus terus menjalankannya, seperti pemerintah tetap menjalankan 3T (tracing, testing, treatment) dan ditambah lagi dengan bagaimana juga dapat melakukan perubahan perilaku.
Sehubungan dengan permasalahan Vaksin Covid-19, Harif Fadhillah bersyukur atas keberadaan Vaksin saat ini yang menjadi salah satu solusi penanganan Covid-19, dan kebetulan dirinya dilibatkan pada rapat perdana dengan Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono berkaitan dengan pelaksanaan Vaksinasi.
Diungkapkannya, pada kesempatan pertemuan tersebut, Wamenkes RI mengapresiasi atas kesediaan Perawat, berdasarkan hasil survey pada internal PPNI, bahwa 82% perawat bersedia menerima Vaksin.
Disaat kehadirannya mewakili organisasi PPNI, bersama Kemenkes, IDI, IBI, para Pakar dan Komisi Pasca Vaksinasi, sekaligus mendapatkan kepastian yang terkait dengan keamanan dan efikasi dari Vaksin tersebut.
Selain itu, berdasarkan kesimpulan sementara dari pertemuan itu, bahwa sebenarnya Vaksin yang akan diberikan kepada rakyat Indonesia, terutama pada 600 ribu Vaksin yang direncanakan untuk tenaga kesehatan telah dinyatakan sudah aman dan tinggal menunggu diclear oleh pihak BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).
“Jadi saya kira perawat- perawat tidak ada rasa keraguan lagi, dan diperkirakan tanggal 22 Januari 2021, bila tidak ada hambatan akan ada penyuntikan perdana. Kemungkinan Presiden Joko Widodo yang pertama menerima suntikan tersebut,” ungkapnya.
Harif Fadhillah menganggap bahwa sebagai insan kesehatan, jika melihat Vaksin ini sebagai sebuah harapan untuk menyelesaikan pandemi yang sudah hampir setahun dialami, tapi belum ada tanda-tanda penurunan, tentunya Vaksin menjadi harapan, walaupun bukan satu-satunya.
“Oleh karena itu, kita ingin kembali hidup yang baik, masuk dalam new normal tapi tetap aman, dan tentu Vaksin menjadi harapan kita semua,” tegasnya.
“Saya berharap perawat tidak ada yang menolak Vaksin ini nantinya, kecuali ada alasan yang privasi dan itu hak setiap pribadi masing-masing,” tutur Harif Fadhillah.
Menurutnya pula dari segi logika kesehatan, ilmu kesehatan dan sifat dan karakternya, bahwa seorang perawat sekiranya dapat menjadi contoh, yang mana sebagai orang kesehatan saja mau divaksin dan mengerti sesuatu tentang Vaksin, tentunya diharapkan masyarakat juga akan mengikutinya.
“Jadi jangan sampai Vaksin sudah tersedia banyak, tetapi pastisipasi masyarakatnya kurang atau kesadarannya rendah untuk divaksin,” imbuhnya.
Diharapkannya juga, agar cakupan Vaksin ini persentasinya lebih besar ke masyarakat, maka akan menyebabkan Vaksin ini dapat dilemahkan sehingga lingkungan menjadi baik.
Disamping itu tenaga perawat yang berguguran sangat menyedihkan bagi kita, karena jasa satu orang perawat dapat bermanfaat bagi banyak orang. Jadi jangan sampai atau membiarkan perawat berguguran.
“Kita menjaga diri kita agar jangan tertular atau menularkan, dan perlu juga stamina baik. Tentunya yang dilakukan ini untuk kepentingan negara, sehingga diperlukan partisipasi aktif dari kita semua,” tutup Harif Fadhillah. (IR)
Sumber foto : Screenshots Youtube Bapena PPNI
PPNI Terlibat Dalam Mensukseskan Program Pemberian Vaksin Covid-19
Infokom DPP PPNI - Keterlibatan organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia maupun tenaga perawat sangat dibutuhkan dalam mensukseskan program pemerintah yaitu pemberian Vaksin Covid-19.
Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah di berbagai kesempatan selalu dilibatkan dalam kontribusinya secara aktif pada proses sebelum maupun disaat berlangsungnya program pemerintah tersebut.
Sementara itu, Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI (Satgas Covid-19) secara kontinyu dengan terus menggelar Daily Zoominar DPP PPNI hingga episode 185, melalui tema New Normal di Arab Saudi.
Dengan menghadirkan narasumber Ade Koswara selaku Ketua DPLN PPNI Arab Saudi, bersama Abdul Hamid selaku Divisi Hubungan Antar Lembaga DPLN PPNI Arab Saudi, serta dipandu moderator Irna Nursanti.
“Bicara tema new normal, saya kira ada kepentingannya new normal bagi perawat. Tentu kepentingannya adalah new normal atau adaptasi kehidupan new normal, bagi kita adalah bagaimana kita mampu hidup di masa pandemi yang mungkin akan lama selesainya,” ucap Harif Fadhillah, saat menjadi Keynote Speaker pada Daily Zoominar episode 185, melalui kanal Youtube Bapena PPNI, Senin (28/12/2020).
Diterangkannya, untuk tetap beraktifitas yang prima dan produktif, dengan memberikan pelayanan berkualitas dan tanpa terpapar Covid-19, hal ini yang dimaknai sebagai adaptasi kehidupan baru atau new normal.
“Jadi tetap produktif, beraktifitas, berkualitas, dan tanpa terpapar. Inilah yang menjadi catatan penting di akhir tahun ini memasuki tahun 2021 dalam resolusi kita menghadapi pandemi ini,” harap Harif Fadhillah.
Oleh karena itu, menurutnya yang menjadi pegangan adalah bagaimana menjaga kesehatan bagi diri sendiri, melalui berbagai instrumen. Jika di tempat kerja adanya instrumen pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), adanya SPO di fasilitas kesehatan, protap, yang harus dijaga dan dipatuhi serta dilaksanakan sebagaimana mestinya.
“Bila kita berada di tengah masyarakat, bahwa 3M (pakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) itu yang penting untuk dilaksanakan, dan perawat juga harus menjadi contoh atau role model untuk pelaksanaan protokol kesehatan di lingkungannya,” sebutnya.
Dalam memasuki adaptasi kebiasaan baru dengan new normal, dijelaskannya ada 3 hal yang belum ada dan menjadi persoalan, yaitu pertama adalah masalah obat Covid-19, kedua yaitu Vaksin belum ada, dan ketiga yaitu perilaku masyarakat belum sepenuhnya diterapkan.
Disamping itu, diharapkannya pula agar bagaimana semua komponen yang berwenang harus terus menjalankannya, seperti pemerintah tetap menjalankan 3T (tracing, testing, treatment) dan ditambah lagi dengan bagaimana juga dapat melakukan perubahan perilaku.
Sehubungan dengan permasalahan Vaksin Covid-19, Harif Fadhillah bersyukur atas keberadaan Vaksin saat ini yang menjadi salah satu solusi penanganan Covid-19, dan kebetulan dirinya dilibatkan pada rapat perdana dengan Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono berkaitan dengan pelaksanaan Vaksinasi.
Diungkapkannya, pada kesempatan pertemuan tersebut, Wamenkes RI mengapresiasi atas kesediaan Perawat, berdasarkan hasil survey pada internal PPNI, bahwa 82% perawat bersedia menerima Vaksin.
Disaat kehadirannya mewakili organisasi PPNI, bersama Kemenkes, IDI, IBI, para Pakar dan Komisi Pasca Vaksinasi, sekaligus mendapatkan kepastian yang terkait dengan keamanan dan efikasi dari Vaksin tersebut.
Selain itu, berdasarkan kesimpulan sementara dari pertemuan itu, bahwa sebenarnya Vaksin yang akan diberikan kepada rakyat Indonesia, terutama pada 600 ribu Vaksin yang direncanakan untuk tenaga kesehatan telah dinyatakan sudah aman dan tinggal menunggu diclear oleh pihak BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).
“Jadi saya kira perawat- perawat tidak ada rasa keraguan lagi, dan diperkirakan tanggal 22 Januari 2021, bila tidak ada hambatan akan ada penyuntikan perdana. Kemungkinan Presiden Joko Widodo yang pertama menerima suntikan tersebut,” ungkapnya.
Harif Fadhillah menganggap bahwa sebagai insan kesehatan, jika melihat Vaksin ini sebagai sebuah harapan untuk menyelesaikan pandemi yang sudah hampir setahun dialami, tapi belum ada tanda-tanda penurunan, tentunya Vaksin menjadi harapan, walaupun bukan satu-satunya.
“Oleh karena itu, kita ingin kembali hidup yang baik, masuk dalam new normal tapi tetap aman, dan tentu Vaksin menjadi harapan kita semua,” tegasnya.
“Saya berharap perawat tidak ada yang menolak Vaksin ini nantinya, kecuali ada alasan yang privasi dan itu hak setiap pribadi masing-masing,” tutur Harif Fadhillah.
Menurutnya pula dari segi logika kesehatan, ilmu kesehatan dan sifat dan karakternya, bahwa seorang perawat sekiranya dapat menjadi contoh, yang mana sebagai orang kesehatan saja mau divaksin dan mengerti sesuatu tentang Vaksin, tentunya diharapkan masyarakat juga akan mengikutinya.
“Jadi jangan sampai Vaksin sudah tersedia banyak, tetapi pastisipasi masyarakatnya kurang atau kesadarannya rendah untuk divaksin,” imbuhnya.
Diharapkannya juga, agar cakupan Vaksin ini persentasinya lebih besar ke masyarakat, maka akan menyebabkan Vaksin ini dapat dilemahkan sehingga lingkungan menjadi baik.
Disamping itu tenaga perawat yang berguguran sangat menyedihkan bagi kita, karena jasa satu orang perawat dapat bermanfaat bagi banyak orang. Jadi jangan sampai atau membiarkan perawat berguguran.
“Kita menjaga diri kita agar jangan tertular atau menularkan, dan perlu juga stamina baik. Tentunya yang dilakukan ini untuk kepentingan negara, sehingga diperlukan partisipasi aktif dari kita semua,” tutup Harif Fadhillah. (IR)
Sumber foto : Screenshots Youtube Bapena PPNI