Infokom DPP PPNI - Berbagai persiapan telah dilakukan oleh pihak Kementerian Kesehatan RI dalam menghadapi pelaksanaan puncak ibadah haji.
Seluruh jemaah haji akan memasuki masa puncak pelaksanaan ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Fase Armuzna ini akan terjadi pada tanggal 9-13 Dzuhijjah atau diperkirakan akan dimulai pada 10 Agustus 2019.
Pada pelaksanaan ibadah haji di Armuzna nanti, Kemenkes akan menyiapkan pos kesehatan khusus di dua lokasi, yakni Pos Kesehatan Arafah dan Pos Kesehatan Mina. Pos kesehatan ini untuk memudahkan akses dan layanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia, di samping klinik kesehatan yang disediakan oleh Kerajaan Arab Saudi.
Kedua pos kesehatan diperkuat lagi dengan adanya enam pos satelit di sejumlah titik di Arafah, sebelas di Muzdalifah dan sepuluh di sepanjang jalur atas dan bawah jamarat. Begitu juga ambulans dan perbekalan kesehatan.
“Seluruh sumber daya kesehatan baik dari Daker Makkah, Madinah maupun Bandara difokuskan sepenuhnya untuk melayani jemaah haji Indonesia pada prosesi ini,” tutur Eka.
Untuk melayani 231.000 jemaah haji Indonesia, dua pos kesehatan tersebut akan beroperasi sepanjang waktu peribadatan. Petugas kesehatan yang melayani merupakan gabungan dari Tim Kuratif dan Rehabilitiatif (TKR) dan Tim Mobile Bandara dari tiga daerah kerja.
Selain itu masih ada Tim Promotif Preventif (TPP) dan Tim Gerak Cepat (TGC), serta tenaga kesehatan lainnya. Semua tim tadi memiliki beragam profesi kesehatan yaitu: dokter, dokter gigi, dokter spesialis, perawat, apoteker, sanitarian, ahli gizi, tenaga kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
Petugas kesehatan lainnya adalah Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menjadi satu kesatuan dengan kloternya. Setiap kloter didampingi oleh 3 orang tenaga kesehatan (1 dokter, 2 perawat). Total terdapat 1.587 tenaga kesehatan untuk melayani 529 kloter. Mereka juga akan memberikan layanan kesehatan, menyampaikan edukasi dan merujuk jemaahnya bila diperlukan.
Untuk mengakomodasi jemaah yang sakit dan masih dirawat inap saat masa Armuzna, KKHI Makkah telah menyiapkan 10 bus untuk safari wukuf. Empat bus untuk pasien dengan posisi berbaring, dengan daya tampung maksimal 8 pasien per bus. Sedangkan enam bis untuk posisi duduk, dengan daya muat 50 pasien.
“Total kapasitas bus untuk program safari wukuf sebanyak 332 pasien,” kata dr. Muhammad Imran, Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah, beberapa waktu lalu saat menerima Amirul Hajj dan rombongan.
Sementara itu, selama lima hari Armuzna, KKHI Makkah tetap siaga memberikan layanan. Begitu juga pelayanan kesehatan di sektor dan kloter terutama bagi yang jemaahnya memutuskan untuk tidak kembali ke tenda melainkan langsung pulang ke hotel dekat area Mina. Semua dikolaborasikan dan dikendalikan dengan baik untuk memberikan layanan optimal kepada jemaah haji Indonesia. (IR)
Sumber : Berita dan Foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI
Persiapan Kemenkes RI Hadapi Puncak Pelaksanaan Haji 2019
Infokom DPP PPNI - Berbagai persiapan telah dilakukan oleh pihak Kementerian Kesehatan RI dalam menghadapi pelaksanaan puncak ibadah haji.
Seluruh jemaah haji akan memasuki masa puncak pelaksanaan ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Fase Armuzna ini akan terjadi pada tanggal 9-13 Dzuhijjah atau diperkirakan akan dimulai pada 10 Agustus 2019.
Pada pelaksanaan ibadah haji di Armuzna nanti, Kemenkes akan menyiapkan pos kesehatan khusus di dua lokasi, yakni Pos Kesehatan Arafah dan Pos Kesehatan Mina. Pos kesehatan ini untuk memudahkan akses dan layanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia, di samping klinik kesehatan yang disediakan oleh Kerajaan Arab Saudi.
Kedua pos kesehatan diperkuat lagi dengan adanya enam pos satelit di sejumlah titik di Arafah, sebelas di Muzdalifah dan sepuluh di sepanjang jalur atas dan bawah jamarat. Begitu juga ambulans dan perbekalan kesehatan.
“Seluruh sumber daya kesehatan baik dari Daker Makkah, Madinah maupun Bandara difokuskan sepenuhnya untuk melayani jemaah haji Indonesia pada prosesi ini,” tutur Eka.
Untuk melayani 231.000 jemaah haji Indonesia, dua pos kesehatan tersebut akan beroperasi sepanjang waktu peribadatan. Petugas kesehatan yang melayani merupakan gabungan dari Tim Kuratif dan Rehabilitiatif (TKR) dan Tim Mobile Bandara dari tiga daerah kerja.
Selain itu masih ada Tim Promotif Preventif (TPP) dan Tim Gerak Cepat (TGC), serta tenaga kesehatan lainnya. Semua tim tadi memiliki beragam profesi kesehatan yaitu: dokter, dokter gigi, dokter spesialis, perawat, apoteker, sanitarian, ahli gizi, tenaga kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
Petugas kesehatan lainnya adalah Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menjadi satu kesatuan dengan kloternya. Setiap kloter didampingi oleh 3 orang tenaga kesehatan (1 dokter, 2 perawat). Total terdapat 1.587 tenaga kesehatan untuk melayani 529 kloter. Mereka juga akan memberikan layanan kesehatan, menyampaikan edukasi dan merujuk jemaahnya bila diperlukan.
Untuk mengakomodasi jemaah yang sakit dan masih dirawat inap saat masa Armuzna, KKHI Makkah telah menyiapkan 10 bus untuk safari wukuf. Empat bus untuk pasien dengan posisi berbaring, dengan daya tampung maksimal 8 pasien per bus. Sedangkan enam bis untuk posisi duduk, dengan daya muat 50 pasien.
“Total kapasitas bus untuk program safari wukuf sebanyak 332 pasien,” kata dr. Muhammad Imran, Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah, beberapa waktu lalu saat menerima Amirul Hajj dan rombongan.
Sementara itu, selama lima hari Armuzna, KKHI Makkah tetap siaga memberikan layanan. Begitu juga pelayanan kesehatan di sektor dan kloter terutama bagi yang jemaahnya memutuskan untuk tidak kembali ke tenda melainkan langsung pulang ke hotel dekat area Mina. Semua dikolaborasikan dan dikendalikan dengan baik untuk memberikan layanan optimal kepada jemaah haji Indonesia. (IR)
Sumber : Berita dan Foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI