Infokom DPP PPNI - Pada saat pelayanan kesehatan haji berlangsung, mobil ambulans menjadi salah satu komponen yang memiliki peran yang tidak kalah pentingnya ketimbang unsur lainnya.
Ambulans biasa digunakan untuk melakukan evakuasi atau rujukan berjenjang dari layanan di tingkat sektor ke fasilitas kesehatan. Ambulans juga biasanya dipergunakan untuk proses tanazul dan visitasi dokter.
Disaat musim haji sekarang ini, Kementerian Kesehatan menyediakan 29 ambulans yang tersebar untuk tiga daerah kerja; Makkah, Madinah, Bandara. Di Makkah sendiri terdapat 16 ambulans.
Empat diantaranya berukuran besar dengan merk GMC Savana dan 10 berukuran sedang, Hyundai H1. Sementara dua lainnya berukuran kecil bermerk Suzuki APV. Ambulans produksi GMC dan Suzuki statusnya adalah barang milik negara yang dibeli melalui anggaran Kementerian Kesehatan. Sedangkan sisanya berstatus sewa.
“Ini merupakan komitmen nyata Kemenkes dalam mendukung penyelenggaraan haji. Berusaha memberikan yang terbaik. Semua dana operasionalnya pun berasal dari APBN murni Kemenkes,” ujar Dr. dr. Eka Jusup Singka, Msc. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI.
Seluruh ambulans yang melayani jemaah haji Indonesia harus memenuhi standar Arab Saudi. Standar berlaku pada aspek fasilitas atau prasarana untuk mendukung pelayanan optimal, mulai dari peralatan yang digunakan, perbekalan pendukung dan sumber daya manusianya. Saat ini semua ambulans milik Indonesia telah memenuhi kriteria standar yang ditentukan dan sudah mendapatkan sertifikat Hilal Akmar dari Otoritas Bulan Sabit Merah Arab Saudi (SRCA).
Penanggung Jawab Ambulans, dr. Janni Koesnomo Matsalim, SpOk, MKK, mengatakan penempatan dan pemanfaatan ambulans berdasarkan kapasitas dan kebutuhannya. Di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah tersedia tiga ambulans besar dan dua ambulans kecil. Ambulans besar digunakan untuk melakukan rujukan pasien dengan status emergensi dari KKHI menuju beberapa rumah sakit yang ada di Arab Saudi, khususnya wilayah Makkah.
Sementara ambulans kecil ditujukan untuk operasional tim visitasi KKHI untuk mengunjungi jemaah haji Indonesia yang tengah dirawat di sejumlah RS Arab Saudi. Sedangkan 11 ambulans lainnya tersebar di sektor 1 hingga sektor 11 Daker Makkah.
“Masing-masing ambulans besar disediakan dua pengemudi yang siaga 24 jam, dengan rotasi masing-masing 12 jam. Mereka juga selalu didukung 24 jam oleh TGC di masing-masing sektor dalam setiap pergerakannya,” ungkap dr. Janni.
Selain pengemudi yang andal, di setiap ambulans besar pada proses rujukan dari sektor atau KKHI ke RS Arab Saudi, pasien akan didampingi oleh dokter/perawat dan tenaga pendukung kesehatan. Tenaga kesehatan ini berasal dari Petugas Kesehatan Haji Indonesia, yaitu Tim Gerak Cepat (TGC), Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR) dan Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).
Meskipun tiap ambulans sudah ditempatkan sesuai peruntukkannya, akan tetapi pengaturan tersebut tidak bersifat kaku. Janni mencontohkan penggunaan ambulans di KKHI yang bisa memberikan layanan lebih luas. Selain sebagai kendaraan rujukan ke rumah sakit bisa juga sebagai ambulans pendukung bagi sektor yang sewaktu-waktu membutuhkan ambulans. “Apabila unitnya [ambulans sektor]pas kebetulan sedang menuju ke rumah sakit tertentu atau kebetulan misalnya unitnya sedang bermasalah atau apapun, yang prinsipnya sebagai backup,” jelas Janni.
Fleksibilitas ambulans juga berlaku di tiap sektor. Sehingga selain untuk melayani sektornya, ambulans di sektor selalu siap sedia digunakan di sektor yang berdekatan. Kalaupun semua sektor yang berdekatan tengah digunakan, maka ambulans KKHI siap dikirimkan ke sektor terkait.
Dengan adanya sistem regionalisasi tersebut diharapkan tidak akan ada sektor yang kekurangan atau mengalami kekosongan ambulans mana kala dibutuhkan.
“Alhamdulillah masih bisa tertangani untuk pelayanan terhadap 231 ribu jemaah haji kita,” tambahnya.
Khusus untuk Armuzna, pengelolaannya lebih kompleks dan bersifat dinamis. Apalagi kebijakan Kerajaan Arab Saudi yang berubah setiap tahunnya. Di periode waktu lima hari, ambulans harus dibagi untuk ditempatkan di KKHI, di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Begitu juga harus siaga di hotel yang berada di sekitaran kawasan Mina mengantisipasi jemaah yang memilih tidak tinggal di tendanya tetapi ke hotelnya semula. Positifnya, kendaraan ambulans dari Daker Madinah dan Bandara akan dikerahkan untuk pelayanan kesehatan di masa Armuzna tersebut.
Sumber : Foto dan Berita ini dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes Siapkan Ambulans, Penunjang Fasilitas Kesehatan Haji
Infokom DPP PPNI - Pada saat pelayanan kesehatan haji berlangsung, mobil ambulans menjadi salah satu komponen yang memiliki peran yang tidak kalah pentingnya ketimbang unsur lainnya.
Ambulans biasa digunakan untuk melakukan evakuasi atau rujukan berjenjang dari layanan di tingkat sektor ke fasilitas kesehatan. Ambulans juga biasanya dipergunakan untuk proses tanazul dan visitasi dokter.
Disaat musim haji sekarang ini, Kementerian Kesehatan menyediakan 29 ambulans yang tersebar untuk tiga daerah kerja; Makkah, Madinah, Bandara. Di Makkah sendiri terdapat 16 ambulans.
Empat diantaranya berukuran besar dengan merk GMC Savana dan 10 berukuran sedang, Hyundai H1. Sementara dua lainnya berukuran kecil bermerk Suzuki APV. Ambulans produksi GMC dan Suzuki statusnya adalah barang milik negara yang dibeli melalui anggaran Kementerian Kesehatan. Sedangkan sisanya berstatus sewa.
“Ini merupakan komitmen nyata Kemenkes dalam mendukung penyelenggaraan haji. Berusaha memberikan yang terbaik. Semua dana operasionalnya pun berasal dari APBN murni Kemenkes,” ujar Dr. dr. Eka Jusup Singka, Msc. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI.
Seluruh ambulans yang melayani jemaah haji Indonesia harus memenuhi standar Arab Saudi. Standar berlaku pada aspek fasilitas atau prasarana untuk mendukung pelayanan optimal, mulai dari peralatan yang digunakan, perbekalan pendukung dan sumber daya manusianya. Saat ini semua ambulans milik Indonesia telah memenuhi kriteria standar yang ditentukan dan sudah mendapatkan sertifikat Hilal Akmar dari Otoritas Bulan Sabit Merah Arab Saudi (SRCA).
Penanggung Jawab Ambulans, dr. Janni Koesnomo Matsalim, SpOk, MKK, mengatakan penempatan dan pemanfaatan ambulans berdasarkan kapasitas dan kebutuhannya. Di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah tersedia tiga ambulans besar dan dua ambulans kecil. Ambulans besar digunakan untuk melakukan rujukan pasien dengan status emergensi dari KKHI menuju beberapa rumah sakit yang ada di Arab Saudi, khususnya wilayah Makkah.
Sementara ambulans kecil ditujukan untuk operasional tim visitasi KKHI untuk mengunjungi jemaah haji Indonesia yang tengah dirawat di sejumlah RS Arab Saudi. Sedangkan 11 ambulans lainnya tersebar di sektor 1 hingga sektor 11 Daker Makkah.
“Masing-masing ambulans besar disediakan dua pengemudi yang siaga 24 jam, dengan rotasi masing-masing 12 jam. Mereka juga selalu didukung 24 jam oleh TGC di masing-masing sektor dalam setiap pergerakannya,” ungkap dr. Janni.
Selain pengemudi yang andal, di setiap ambulans besar pada proses rujukan dari sektor atau KKHI ke RS Arab Saudi, pasien akan didampingi oleh dokter/perawat dan tenaga pendukung kesehatan. Tenaga kesehatan ini berasal dari Petugas Kesehatan Haji Indonesia, yaitu Tim Gerak Cepat (TGC), Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR) dan Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).
Meskipun tiap ambulans sudah ditempatkan sesuai peruntukkannya, akan tetapi pengaturan tersebut tidak bersifat kaku. Janni mencontohkan penggunaan ambulans di KKHI yang bisa memberikan layanan lebih luas. Selain sebagai kendaraan rujukan ke rumah sakit bisa juga sebagai ambulans pendukung bagi sektor yang sewaktu-waktu membutuhkan ambulans. “Apabila unitnya [ambulans sektor]pas kebetulan sedang menuju ke rumah sakit tertentu atau kebetulan misalnya unitnya sedang bermasalah atau apapun, yang prinsipnya sebagai backup,” jelas Janni.
Fleksibilitas ambulans juga berlaku di tiap sektor. Sehingga selain untuk melayani sektornya, ambulans di sektor selalu siap sedia digunakan di sektor yang berdekatan. Kalaupun semua sektor yang berdekatan tengah digunakan, maka ambulans KKHI siap dikirimkan ke sektor terkait.
Dengan adanya sistem regionalisasi tersebut diharapkan tidak akan ada sektor yang kekurangan atau mengalami kekosongan ambulans mana kala dibutuhkan.
“Alhamdulillah masih bisa tertangani untuk pelayanan terhadap 231 ribu jemaah haji kita,” tambahnya.
Khusus untuk Armuzna, pengelolaannya lebih kompleks dan bersifat dinamis. Apalagi kebijakan Kerajaan Arab Saudi yang berubah setiap tahunnya. Di periode waktu lima hari, ambulans harus dibagi untuk ditempatkan di KKHI, di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Begitu juga harus siaga di hotel yang berada di sekitaran kawasan Mina mengantisipasi jemaah yang memilih tidak tinggal di tendanya tetapi ke hotelnya semula. Positifnya, kendaraan ambulans dari Daker Madinah dan Bandara akan dikerahkan untuk pelayanan kesehatan di masa Armuzna tersebut.
Sumber : Foto dan Berita ini dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.