Infokom DPP PPNI - Sejak dini diberikan edukasi, diharapkan masyarakat dapat mengetahui cara pencegahan yang benar terhadap penyakit.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes pada acara workshop tentang Hepatitis di Bali, Selasa (30/7/2019) mengatakan satu kasus sirosis atau kanker hati dapat menghabiskan biaya Rp. 1 miliar hingga Rp. 5 miliar.
Dikatakannya, saat Kemenkes menggelar Temu Blogger Kesehatan dan mahasiswa dalam rangka mengenalkan kaum muda pada penyakit hepatitis. Dengan bertujuan agar mengenal lebih dekat dengan hepatitis sehingga pencegahan dapat dilakukan dengan baik.
Temu blogger ini dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri dari blogger dan mahasiswa Poltekkes di Bali. Mereka dikenalkan jenis-jenis virus hepatitis dan cara penularannya.
dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, mengatakan peradangan hati atau hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis, perlemakan, parasite (malaria, amoeba), alkohol, obat-obatan, dan virus lain (dengue, herpes).
“Cara penularannya untuk hepatitis A dan hepatitis E melalui kotoran atau mulut, sementara hepatitis B, C, dan D melalui kontak cairan tubuh (ibu ke anak, anak ke anak atau dari dewasa ke anak, transfusi darah dan organ yang tidak diskrining, penggunaan jarum yang tidak aman, hubungan seksual, serta kontak dengan darah),” ungkapnya, di Bali, Rabu (31/7/2019).
“Pengendalian faktor risiko untuk menghindari dari penularan hepatitis B dan C adalah dengan berperilaku hidup bersih sehat, dengan tidak menggunakan alat pribadi secara bersama seperti gunting kuku, alat cukur, dan sikat gigi, serta tidak menggunakan jarum suntik bersama,” kata dr. Wiendra.
Adapun Tren virus hepatitis di Indonesia adalah hepatitis A, B, dan C. Masa inkubasi hepatitis A adalah 30 hari, hepatitis B 80 hari, dan hepatitis C 50 hari.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Prof.Dr.dr. I Dewa Nyoman Wibawa, SpPD, KGEH mengatakan penderita hepatitis bisa dicegah dan diobati apabila ditangani secara cepat dan tepat.
“Untuk itu jangan ragu untuk deteksi dini Hepatitis di Fasyankes (fasilitas layanan kesehatan) terdekat,” katanya.
Prof. I Dewa Nyoman menambahkan hepatitis C dapat disembuhkan dengan pengobatan Direct Acting Antiviral (DAA) yang memiliki tingkat kesembuhan 97%.
“DAA bisa didapatkan di Fasyankes, salah satunya di RSUP Sanglah. Manfaatkanlah kartu JKN,” ucapnya.
Penderita hepatitis A dapat sembuh dengan beristirahat dan makan makanan bergizi seimbang. Selain itu juga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti olah raga, cuci tangan sebelum makan, dan mencuci makanan sampai bersih.
Terkait virus hepatitis B, penularannya dari ibu ke anak atau secara vertikal memiliki kemungkinan sekitar 90% hingga 95%. Maka perlu pemeriksaan dini pada ibu hamil dan pemberian imunisasi HBIg kurang dari 24 jam kelahiran. (IR)
Sumber : Berita dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI
Edukasi Sejak Dini, Pencegahan & Pengobatan Hepatitis
Infokom DPP PPNI - Sejak dini diberikan edukasi, diharapkan masyarakat dapat mengetahui cara pencegahan yang benar terhadap penyakit.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes pada acara workshop tentang Hepatitis di Bali, Selasa (30/7/2019) mengatakan satu kasus sirosis atau kanker hati dapat menghabiskan biaya Rp. 1 miliar hingga Rp. 5 miliar.
Dikatakannya, saat Kemenkes menggelar Temu Blogger Kesehatan dan mahasiswa dalam rangka mengenalkan kaum muda pada penyakit hepatitis. Dengan bertujuan agar mengenal lebih dekat dengan hepatitis sehingga pencegahan dapat dilakukan dengan baik.
Temu blogger ini dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri dari blogger dan mahasiswa Poltekkes di Bali. Mereka dikenalkan jenis-jenis virus hepatitis dan cara penularannya.
dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, mengatakan peradangan hati atau hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis, perlemakan, parasite (malaria, amoeba), alkohol, obat-obatan, dan virus lain (dengue, herpes).
“Cara penularannya untuk hepatitis A dan hepatitis E melalui kotoran atau mulut, sementara hepatitis B, C, dan D melalui kontak cairan tubuh (ibu ke anak, anak ke anak atau dari dewasa ke anak, transfusi darah dan organ yang tidak diskrining, penggunaan jarum yang tidak aman, hubungan seksual, serta kontak dengan darah),” ungkapnya, di Bali, Rabu (31/7/2019).
“Pengendalian faktor risiko untuk menghindari dari penularan hepatitis B dan C adalah dengan berperilaku hidup bersih sehat, dengan tidak menggunakan alat pribadi secara bersama seperti gunting kuku, alat cukur, dan sikat gigi, serta tidak menggunakan jarum suntik bersama,” kata dr. Wiendra.
Adapun Tren virus hepatitis di Indonesia adalah hepatitis A, B, dan C. Masa inkubasi hepatitis A adalah 30 hari, hepatitis B 80 hari, dan hepatitis C 50 hari.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Prof.Dr.dr. I Dewa Nyoman Wibawa, SpPD, KGEH mengatakan penderita hepatitis bisa dicegah dan diobati apabila ditangani secara cepat dan tepat.
“Untuk itu jangan ragu untuk deteksi dini Hepatitis di Fasyankes (fasilitas layanan kesehatan) terdekat,” katanya.
Prof. I Dewa Nyoman menambahkan hepatitis C dapat disembuhkan dengan pengobatan Direct Acting Antiviral (DAA) yang memiliki tingkat kesembuhan 97%.
“DAA bisa didapatkan di Fasyankes, salah satunya di RSUP Sanglah. Manfaatkanlah kartu JKN,” ucapnya.
Penderita hepatitis A dapat sembuh dengan beristirahat dan makan makanan bergizi seimbang. Selain itu juga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti olah raga, cuci tangan sebelum makan, dan mencuci makanan sampai bersih.
Terkait virus hepatitis B, penularannya dari ibu ke anak atau secara vertikal memiliki kemungkinan sekitar 90% hingga 95%. Maka perlu pemeriksaan dini pada ibu hamil dan pemberian imunisasi HBIg kurang dari 24 jam kelahiran. (IR)
Sumber : Berita dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI