Infokom DPP PPNI - Berbagai penyebab timbulnya kasus kesakitan dan meninggal jemaah haji perlu diantisipasi dengan cepat.
Penyebab yang ditimbulkan setiap tahun umumnya empat faktor utama, yakni: air, suhu, kelelahan dan adaptasi. Semua jenis penyakit akan muncul karena empat faktor ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, selaku Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, saat memberi arahan pada para Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, Jumat (12/7/2019).
Eka mengumpulkan dan mengharapkan bagi seluruh TKHI yang sudah berada di Madinah agar dapat melakukan penanganan jemaah sebaik-baiknya di tingkat kloter.
“Seluruh petugas kloter, Karu, Karom, dan jemaah harus berkolaborasi untuk mengendalikan faktor-faktor tersebut, salah satunya dengan program minum air bersama,” ucap Eka.
Pada bidang kesehatan atau kedokteran haji itu secara prinsip ada empat faktor utama yang harus diperhatikan oleh petugas kesehatan haji, yaitu: 1.) kekurangan cairan atau dehidrasi, 2.) suhu atau cuaca yang panas, 3.) kelelahan fisik jemaah, 4.) kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Penanganannya bagaimanapun itu harus melakukan rehidrasi untuk mengembalikan kecukupan cairan. Bagi jemaah yang sehat, dianjurkan untuk sesering mungkin minum air mineral atau air zam-zam tanpa menunggu haus. Sementara bagi yang sedang sakit atau terlihat lemas, segera diberikan infus yang adekuat.
“Waktu kunjungan ke kloter, saya lihat memang banyak sekali jemaah haji itu yang belum terpapar betul tentang pentingnya minum air, atau tahu tapi perilakunya belum,” kata Eka.
Menghadapi suhu yang tinggi di Arab Saudi, sengatan panasnya harus dikendalikan atau dihindari. Caranya adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) yang benar dan lengkap.
Jemaah juga harus bisa mengendalikan aktifitasnya, jangan terlalu memaksakan diri dan masa tinggal jemaah haji di Arab Saudi sekitar 40 hari, tentunya harus diatur dengan baik.
Selain itu, jemaah haji harus mengatur waktu istirahat yang cukup, agar pada saat puncak haji punya stamina prima.
Berkaitan dengan kemampuan beradaptasi, sejauh mana jemaah dapat menyesuaikan diri dengan kondisinya saat di tanah suci. Jika tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, maka salah satunya dapat terjadi stres atau bahkan gangguan kejiwaan berat.
“Jadi ini adalah kunci di mana saya sampaikan kepada seluruh TKHI dan PPIH untuk memperhatikan empat faktor ini,” pungkas Eka. (IR)
Sumber : Berita dan foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI
Ini Penyebab Menurunnya kesehatan Jemaah Haji Di Arab Saudi
Infokom DPP PPNI - Berbagai penyebab timbulnya kasus kesakitan dan meninggal jemaah haji perlu diantisipasi dengan cepat.
Penyebab yang ditimbulkan setiap tahun umumnya empat faktor utama, yakni: air, suhu, kelelahan dan adaptasi. Semua jenis penyakit akan muncul karena empat faktor ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, selaku Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, saat memberi arahan pada para Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, Jumat (12/7/2019).
Eka mengumpulkan dan mengharapkan bagi seluruh TKHI yang sudah berada di Madinah agar dapat melakukan penanganan jemaah sebaik-baiknya di tingkat kloter.
“Seluruh petugas kloter, Karu, Karom, dan jemaah harus berkolaborasi untuk mengendalikan faktor-faktor tersebut, salah satunya dengan program minum air bersama,” ucap Eka.
Pada bidang kesehatan atau kedokteran haji itu secara prinsip ada empat faktor utama yang harus diperhatikan oleh petugas kesehatan haji, yaitu: 1.) kekurangan cairan atau dehidrasi, 2.) suhu atau cuaca yang panas, 3.) kelelahan fisik jemaah, 4.) kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Penanganannya bagaimanapun itu harus melakukan rehidrasi untuk mengembalikan kecukupan cairan. Bagi jemaah yang sehat, dianjurkan untuk sesering mungkin minum air mineral atau air zam-zam tanpa menunggu haus. Sementara bagi yang sedang sakit atau terlihat lemas, segera diberikan infus yang adekuat.
“Waktu kunjungan ke kloter, saya lihat memang banyak sekali jemaah haji itu yang belum terpapar betul tentang pentingnya minum air, atau tahu tapi perilakunya belum,” kata Eka.
Menghadapi suhu yang tinggi di Arab Saudi, sengatan panasnya harus dikendalikan atau dihindari. Caranya adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) yang benar dan lengkap.
Jemaah juga harus bisa mengendalikan aktifitasnya, jangan terlalu memaksakan diri dan masa tinggal jemaah haji di Arab Saudi sekitar 40 hari, tentunya harus diatur dengan baik.
Selain itu, jemaah haji harus mengatur waktu istirahat yang cukup, agar pada saat puncak haji punya stamina prima.
Berkaitan dengan kemampuan beradaptasi, sejauh mana jemaah dapat menyesuaikan diri dengan kondisinya saat di tanah suci. Jika tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, maka salah satunya dapat terjadi stres atau bahkan gangguan kejiwaan berat.
“Jadi ini adalah kunci di mana saya sampaikan kepada seluruh TKHI dan PPIH untuk memperhatikan empat faktor ini,” pungkas Eka. (IR)
Sumber : Berita dan foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI