Infokom DPP PPNI - Kemampuan perawat dalam menggunakan bahasa asing sangat diperlukan bila akan bekerja di tempat negara tujuan.
Sebagai bentuk kepeduliannya, Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek bersama Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengunjungi perawat Indonesia yang sedang mengikuti pelatihan bahasa Jepang di Tokyo Kenshu Centre, Jepang, Kamis (27/6/2019).
Menkes berharap pemerintah Jepang terus membantu penguatan bahasa Jepang, maupun memperkenalkan teknologi dan juga budaya Jepang kepada calon-calon perawat Indonesia.
“Diharapkan bahasa maupun teknologi dan budaya Jepang bukan merupakan kendala bagi para perawat yang akan bekerja di Jepang,” katanya.
Kunjungan dilakukan menjelang H-1 Summit G.20 di Osaka. Rombongan berkesempatan juga melakukan kunjungan ke kelas dimana para perawat sedang dilatih bahasa Jepang, dan berdialog langsung dengan mereka.
Menkes Nila berpesan kepada para perawat harus berjuang menunjukkan yang terbaik sebagai tenaga profesional dan harus membanggakan negara. Nantinya setelah perawat itu selesai masa kontraknya bekerja di Jepang akan mendapatkan sertifikat sebagai kangoshi yang akan berlaku seumur hidup.
“Untuk itu harus selalu berjuang dan belajar, contohnya belajar disiplinnya orang jepang. Apabila saudara nanti telah berhasil tidak lupa juga mengajak teman-teman saudara untuk ikut bekerja di Jepang mengikuti jejak keberhasilan yang sudah saudara raih,” harap Menkes.
Di samping itu juga Menkes Nila menyampaikan bahwa saat ini sedang disiapkan kelas Internasional di Poltekkes untuk memenuhi kebutuhan permintaan perawat di luar negeri termasuk Jepang.
Kendala acap kali terjadi saat penempatan perawat di Jepang, seperti home sick, bahasa, cuaca, dan makanan. Menko PMK Puan Maharani meminta Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
Menko Puan juga meminta kepada Presiden Association for Overseas Tecnical Cooperation and Sustainable Partnership (AOTS) Shinya Kumayanan dalam penempatan perawat-perawat sebaiknya dilakukan bertahap dari yang terdekat dengan ibu kota negara berangsur-angsur ke tempat yang jauh. Penentuan rekan kerja pun harus dilakukan bila memungkinkan, pada awal bekerja di rumah sakit, perawat ditempatkan dengan para perawat Asia dahulu setelah itu boleh di lepas.
“Dengan demikian para perawat akan terbiasa dengan lingkungan di Jepang,” kata Menko PMK Puan Maharani.
Menko PMK juga akan terus melakukan advokasi kepada berbagai pihak dalam upaya memenuhi permintaan perawat dari luar negeri khususnya Jepang.
Kepada para perawat, Menko Puan Maharani mengatakan bahwa untuk menuju masa depan yang lebih baik butuh perjuangan yang tidak mudah. Kendala home sick tidak hanya dirasakan oleh perawat yang bekerja di Jepang tetapi dimanapun bekerja di luar negeri kendala itu pasti ada.
“Tetapi kita harus bisa mengatasinya, jangan patah semangat. Bisa bahasa Jepang itu merupakan nilai tambah bagi saudara, di samping itu juga, harapan ke depan setelah kembali ke Indonesia saudara dapat berbagi ilmu dan pengalaman serta mengambil manfaat dari pengalaman tersebut. Pengalaman adalah guru yang paling berharga tidak semua orang berkesempatan mempunyai pengalaman seperti saudara,” ungkap Puan.
Pada kunjungan tersebut, Menkes Nila didampingi oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan, Usman Sumantri, Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu dan Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Acep Somantri. Sementara Menko PMK Puan Maharani didampingi oleh Sekretaris Menko PMK.
Rombongan diterima langsung oleh Presiden AOTS Shinya Kumayanan dan General Manager of AOTS TKC Ms. Chikako Takahashi. Pada tahun ini AOTS sedang melaksanakan pelatihan bahasa Jepang bagi 338 Perawat yang dilaksanakan di 3 tempat yaitu 33 di Tokyo, 110 orang di Osaka, dan 190 di Daichi.
Menkes Nila menyampaikan terima kasih kepada Presiden AOTS karena perawat-perawat Indonesia telah dibantu untuk kursus bahasa Jepang.
“Untuk belajar bahasa Jepang memang tidak mudah, perlu praktik langsung dan saatnya disini dalam waktu 6 bulan para perawat ini dilatih sampai bisa,” katanya.
Sumber : Berita dan foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI
Mantap! Menko PMK & Menkes Kunjungi Perawat Sedang Belajar Bahasa Jepang
Infokom DPP PPNI - Kemampuan perawat dalam menggunakan bahasa asing sangat diperlukan bila akan bekerja di tempat negara tujuan.
Sebagai bentuk kepeduliannya, Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek bersama Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengunjungi perawat Indonesia yang sedang mengikuti pelatihan bahasa Jepang di Tokyo Kenshu Centre, Jepang, Kamis (27/6/2019).
Menkes berharap pemerintah Jepang terus membantu penguatan bahasa Jepang, maupun memperkenalkan teknologi dan juga budaya Jepang kepada calon-calon perawat Indonesia.
“Diharapkan bahasa maupun teknologi dan budaya Jepang bukan merupakan kendala bagi para perawat yang akan bekerja di Jepang,” katanya.
Kunjungan dilakukan menjelang H-1 Summit G.20 di Osaka. Rombongan berkesempatan juga melakukan kunjungan ke kelas dimana para perawat sedang dilatih bahasa Jepang, dan berdialog langsung dengan mereka.
Menkes Nila berpesan kepada para perawat harus berjuang menunjukkan yang terbaik sebagai tenaga profesional dan harus membanggakan negara. Nantinya setelah perawat itu selesai masa kontraknya bekerja di Jepang akan mendapatkan sertifikat sebagai kangoshi yang akan berlaku seumur hidup.
“Untuk itu harus selalu berjuang dan belajar, contohnya belajar disiplinnya orang jepang. Apabila saudara nanti telah berhasil tidak lupa juga mengajak teman-teman saudara untuk ikut bekerja di Jepang mengikuti jejak keberhasilan yang sudah saudara raih,” harap Menkes.
Di samping itu juga Menkes Nila menyampaikan bahwa saat ini sedang disiapkan kelas Internasional di Poltekkes untuk memenuhi kebutuhan permintaan perawat di luar negeri termasuk Jepang.
Kendala acap kali terjadi saat penempatan perawat di Jepang, seperti home sick, bahasa, cuaca, dan makanan. Menko PMK Puan Maharani meminta Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
Menko Puan juga meminta kepada Presiden Association for Overseas Tecnical Cooperation and Sustainable Partnership (AOTS) Shinya Kumayanan dalam penempatan perawat-perawat sebaiknya dilakukan bertahap dari yang terdekat dengan ibu kota negara berangsur-angsur ke tempat yang jauh. Penentuan rekan kerja pun harus dilakukan bila memungkinkan, pada awal bekerja di rumah sakit, perawat ditempatkan dengan para perawat Asia dahulu setelah itu boleh di lepas.
“Dengan demikian para perawat akan terbiasa dengan lingkungan di Jepang,” kata Menko PMK Puan Maharani.
Menko PMK juga akan terus melakukan advokasi kepada berbagai pihak dalam upaya memenuhi permintaan perawat dari luar negeri khususnya Jepang.
Kepada para perawat, Menko Puan Maharani mengatakan bahwa untuk menuju masa depan yang lebih baik butuh perjuangan yang tidak mudah. Kendala home sick tidak hanya dirasakan oleh perawat yang bekerja di Jepang tetapi dimanapun bekerja di luar negeri kendala itu pasti ada.
“Tetapi kita harus bisa mengatasinya, jangan patah semangat. Bisa bahasa Jepang itu merupakan nilai tambah bagi saudara, di samping itu juga, harapan ke depan setelah kembali ke Indonesia saudara dapat berbagi ilmu dan pengalaman serta mengambil manfaat dari pengalaman tersebut. Pengalaman adalah guru yang paling berharga tidak semua orang berkesempatan mempunyai pengalaman seperti saudara,” ungkap Puan.
Pada kunjungan tersebut, Menkes Nila didampingi oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan, Usman Sumantri, Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu dan Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Acep Somantri. Sementara Menko PMK Puan Maharani didampingi oleh Sekretaris Menko PMK.
Rombongan diterima langsung oleh Presiden AOTS Shinya Kumayanan dan General Manager of AOTS TKC Ms. Chikako Takahashi. Pada tahun ini AOTS sedang melaksanakan pelatihan bahasa Jepang bagi 338 Perawat yang dilaksanakan di 3 tempat yaitu 33 di Tokyo, 110 orang di Osaka, dan 190 di Daichi.
Menkes Nila menyampaikan terima kasih kepada Presiden AOTS karena perawat-perawat Indonesia telah dibantu untuk kursus bahasa Jepang.
“Untuk belajar bahasa Jepang memang tidak mudah, perlu praktik langsung dan saatnya disini dalam waktu 6 bulan para perawat ini dilatih sampai bisa,” katanya.
Sumber : Berita dan foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI