Infokom DPP PPNI - Dampak yang ditimbulkan dari gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah menjadi perhatian seius Kementerian Kesehatan RI.
Kejadian bencana ini memicu munculnya berbagai penyakit, bahkan yang lebih parahnya dapat berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Kemenkes RI melalui Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan melibatkan mahasiswa untuk mendata penyakit yang berpotensi KLB agar wilayah yang didata lebih luas dan cepat dilaporkan.
Untuk itulah, sebanyak 10 mahasiswa yang diterjunkan untuk melakukan pendataan. Mereka adalah mahasiswa Field Epidemiology Training Program (FETP) dari UI, Udayana, UGM, UNAIR, dan UNHAS.
Kesepuluh mahasiswa itu disebar ke tiga wilayah terdampak gempa dan tsunami, yaitu Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala. Di Palu ditempatkan 2 mahasiswa masing-masing di Puskesmas Kamonji dan Puskesmas Tipo.
Sementara itu, di Sigi dikirimkan 3 mahasiswa, masing-masing ditempatkan di Puskesmas Tinggede, Kaleke, dan Puskesmas Biromaru. Sisanya, 4 orang mahasiswa ditugaskan di 4 Puskesmas di Kabupaten Donggala, yakni Puskesmas Wani, Batusuya, Tambu, Delatope, dan 1 orang lagi di pos cluster kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
Kegiatan ini dilakukan selama 15 hari terhitung mulai tanggal 12 hingga 26 Oktober 2018. Direncanakan Kemenkes akan mengirimkan mahasiswa FETP sebanyak 2 gelombang.
Pada gelombang pertama adalah mahasiswa yang saat ini bertugas, gelombang selanjutnya akan dikirimkan pada 24 Oktober sampai dengan 7 November 2018. Selebihnya menyesuaikan kondisi, jika masih banyak masyarakat yang menderita penyakit yang diakibatkan dari lingkungan, bukan akibat gempa dan tsunami secara langsung, maka pendataan akan dilanjutkan oleh gelombang 3 dan seterusnya. (IR)
Sumber : Berita dan foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI
Mahasiswa Dilibatkan Pantau Penyakit KLB Pasca Bencana Di Sulteng
Infokom DPP PPNI - Dampak yang ditimbulkan dari gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah menjadi perhatian seius Kementerian Kesehatan RI.
Kejadian bencana ini memicu munculnya berbagai penyakit, bahkan yang lebih parahnya dapat berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Kemenkes RI melalui Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan melibatkan mahasiswa untuk mendata penyakit yang berpotensi KLB agar wilayah yang didata lebih luas dan cepat dilaporkan.
Untuk itulah, sebanyak 10 mahasiswa yang diterjunkan untuk melakukan pendataan. Mereka adalah mahasiswa Field Epidemiology Training Program (FETP) dari UI, Udayana, UGM, UNAIR, dan UNHAS.
Kesepuluh mahasiswa itu disebar ke tiga wilayah terdampak gempa dan tsunami, yaitu Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala. Di Palu ditempatkan 2 mahasiswa masing-masing di Puskesmas Kamonji dan Puskesmas Tipo.
Sementara itu, di Sigi dikirimkan 3 mahasiswa, masing-masing ditempatkan di Puskesmas Tinggede, Kaleke, dan Puskesmas Biromaru. Sisanya, 4 orang mahasiswa ditugaskan di 4 Puskesmas di Kabupaten Donggala, yakni Puskesmas Wani, Batusuya, Tambu, Delatope, dan 1 orang lagi di pos cluster kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
Kegiatan ini dilakukan selama 15 hari terhitung mulai tanggal 12 hingga 26 Oktober 2018. Direncanakan Kemenkes akan mengirimkan mahasiswa FETP sebanyak 2 gelombang.
Pada gelombang pertama adalah mahasiswa yang saat ini bertugas, gelombang selanjutnya akan dikirimkan pada 24 Oktober sampai dengan 7 November 2018. Selebihnya menyesuaikan kondisi, jika masih banyak masyarakat yang menderita penyakit yang diakibatkan dari lingkungan, bukan akibat gempa dan tsunami secara langsung, maka pendataan akan dilanjutkan oleh gelombang 3 dan seterusnya. (IR)
Sumber : Berita dan foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI