Infokom DPP PPNI - Dampak yang ditimbulkan dari gemba di lombok dan sekitarnya masih dirasakan oleh masyarakat. Munculnya berbagai kasus yang berkaitan dengan kesehatan terjadi pada masyarakat pasca gempa mendapatkan perhatian serius dari Pemda setempat maupun Kementerian Kesehatan.
Dalam hai ini, Bupati Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Fauzan Khalid telah menetapkan kasus malaria di Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) terhitung sejak 8 September 2018 lalu. Merespons kasus itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tanggap melakukan sejumlah upaya pengendalian malaria disana.
Tercatat dari jumlah kasus malaria di Kabupaten Lombok Barat dari pasca gempa hingga tanggal 18 September 2018 berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi NTB yaitu sebanyak 184 orang, 49 orang ditemukan secara passife case detection (PCD) dan sebanyak 135 orang ditemukan secara active case detection (ACD).
Dalam upaya mengendalikan KLB Malaria tersebut, Kemenkes tengah melakukan berbagai tindakan, melalui : Pertama Mass Blood Survey (MBS) dan Mass Fever Survey (MFS). Penemuan aktif kasus melalui MBS dan MFS ini bertujuan untuk menemukan dan mengobati dini orang yang terjangkit malaria, baik dengan gejala klinis maupun tanpa gejala klinis, sehingga diharapkan penularan akan berhenti.
Melalui kegiatan dilakukan di wilayah Puskesmas Penimbung dan Puskesmas Meninting, Kabupaten Lombok Barat, seperti yang dilakukan sejak tanggal 28 Agustus hingga 14 September 2018 lalu. Hasilnya MBS diketahui telah dilakukan sebanyak 3.779 pemeriksaan yang dilaksanakan di Puskesmas Penimbung di 2 desa dan Puskesmas Meninting di 6 desa. Dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan 110 positif malaria dari 3 desa.
Kedua, dilakukan pengamatan dan pengendalian vektor. Cara ini dilakukan untuk mengidentifikasi daerah perindukan nyamuk anopheles dan dilakukan intervensi biologi, kimia dan fisik (perbaikan lingkungan). Diharapkan kepadatan jentik dan nyamuk penular dapat dikurangi atau dihilangkan.
Pengamatan vektor dilaksanakan di wilayah Puskesmas Penimbung, Desa Bukit Tinggi, pada tanggal 4-5 September 2018 oleh Sub Direktorat Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit bersama Tim Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (BBPPVRP) Salatiga. Dari hasil pengamatan ditemukan jentik Anopheles di kubangan sungai sekitar rumah dan tenda penduduk di Desa Bukit Tinggi, Dusun Batu Kemalik. Setelah di-rearing (dipelihara) dari pupa menjadi nyamuk diidentifikasi spesiesnya adalah Anopheles balabacensis, Anopheles maculatus,Anopheles flavirostris, Anopheles kochi dan Anopheles vagus.
Ketiga, inventarisasi logistik. Berdasarkan hasil rapat koordinasi penanggulangan bencana di Kabupaten Lombok Barat pada tanggal 4 September 2018, ketersediaan logistik di Dinas Kesehatan Provinsi NTB tersedia 5 ribu alat diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test), 18 ribu tablet obat dihidroartemisinin + piperakuin (DHP), 1000 tablet obat primakuin, 600 tablet obat kina, dan 280 ampul obat artesunat injeksi.
Keempat, dilakukan distribusi kelambu berinsektisida. Kemenkes telah mengirimkan kelambu sebanyak 2.400 lembar dengan rincian 300 lembar didistribusikan ke Lombok Utara (11/08/2018), 100 lembar didistribusikan ke Kabupaten Lombok Barat (4/9/2018), 2000 lembar dikirim pada (10/09/2018).
Adanya kelambu sebanyak 2.400 itu dibagikan kepada penduduk dengan prioritas untuk kasus positif malaria, balita dan ibu hamil serta untuk pencegahan terhadap penularan malaria.
Kelima, Kemenkes melakukan pelatihan tenaga mikroskopis. Gold standard pemeriksaan malaria menggunakan sediaan apus darah, namun pemeriksaan juga dapat menggunakan tes cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT).
Mengingat kegiatan MBS dan MFS masih akan berlangsung dan jumlah RDT terbatas, maka dilakukan pelatihan pemeriksaan mikroskopis terhadap tenaga analis dari seluruh Puskesmas, RS dan relawan medis/paramedic di Kab Lombok Barat pada (14/09/2018). Tenaga pelatih dan pendamping berasal dari tim subdit Malaria, dan BBTKL Surabaya. Logistik untuk sediaan apus darah tersedia dalam cukup di setiap puskesmas dan RS.
Dengan adanya upaya tersebut, diharapkan KLB malaria dapat segera diatasi. Namun demikian, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya. (IR)
Sumber : Berita & foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI
Ini Upaya Pemerintah, Atasi Malaria Pasca Gempa Lombok
Infokom DPP PPNI - Dampak yang ditimbulkan dari gemba di lombok dan sekitarnya masih dirasakan oleh masyarakat. Munculnya berbagai kasus yang berkaitan dengan kesehatan terjadi pada masyarakat pasca gempa mendapatkan perhatian serius dari Pemda setempat maupun Kementerian Kesehatan.
Dalam hai ini, Bupati Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Fauzan Khalid telah menetapkan kasus malaria di Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) terhitung sejak 8 September 2018 lalu. Merespons kasus itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tanggap melakukan sejumlah upaya pengendalian malaria disana.
Tercatat dari jumlah kasus malaria di Kabupaten Lombok Barat dari pasca gempa hingga tanggal 18 September 2018 berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi NTB yaitu sebanyak 184 orang, 49 orang ditemukan secara passife case detection (PCD) dan sebanyak 135 orang ditemukan secara active case detection (ACD).
Dalam upaya mengendalikan KLB Malaria tersebut, Kemenkes tengah melakukan berbagai tindakan, melalui : Pertama Mass Blood Survey (MBS) dan Mass Fever Survey (MFS). Penemuan aktif kasus melalui MBS dan MFS ini bertujuan untuk menemukan dan mengobati dini orang yang terjangkit malaria, baik dengan gejala klinis maupun tanpa gejala klinis, sehingga diharapkan penularan akan berhenti.
Melalui kegiatan dilakukan di wilayah Puskesmas Penimbung dan Puskesmas Meninting, Kabupaten Lombok Barat, seperti yang dilakukan sejak tanggal 28 Agustus hingga 14 September 2018 lalu. Hasilnya MBS diketahui telah dilakukan sebanyak 3.779 pemeriksaan yang dilaksanakan di Puskesmas Penimbung di 2 desa dan Puskesmas Meninting di 6 desa. Dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan 110 positif malaria dari 3 desa.
Kedua, dilakukan pengamatan dan pengendalian vektor. Cara ini dilakukan untuk mengidentifikasi daerah perindukan nyamuk anopheles dan dilakukan intervensi biologi, kimia dan fisik (perbaikan lingkungan). Diharapkan kepadatan jentik dan nyamuk penular dapat dikurangi atau dihilangkan.
Pengamatan vektor dilaksanakan di wilayah Puskesmas Penimbung, Desa Bukit Tinggi, pada tanggal 4-5 September 2018 oleh Sub Direktorat Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit bersama Tim Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (BBPPVRP) Salatiga. Dari hasil pengamatan ditemukan jentik Anopheles di kubangan sungai sekitar rumah dan tenda penduduk di Desa Bukit Tinggi, Dusun Batu Kemalik. Setelah di-rearing (dipelihara) dari pupa menjadi nyamuk diidentifikasi spesiesnya adalah Anopheles balabacensis, Anopheles maculatus,Anopheles flavirostris, Anopheles kochi dan Anopheles vagus.
Ketiga, inventarisasi logistik. Berdasarkan hasil rapat koordinasi penanggulangan bencana di Kabupaten Lombok Barat pada tanggal 4 September 2018, ketersediaan logistik di Dinas Kesehatan Provinsi NTB tersedia 5 ribu alat diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test), 18 ribu tablet obat dihidroartemisinin + piperakuin (DHP), 1000 tablet obat primakuin, 600 tablet obat kina, dan 280 ampul obat artesunat injeksi.
Keempat, dilakukan distribusi kelambu berinsektisida. Kemenkes telah mengirimkan kelambu sebanyak 2.400 lembar dengan rincian 300 lembar didistribusikan ke Lombok Utara (11/08/2018), 100 lembar didistribusikan ke Kabupaten Lombok Barat (4/9/2018), 2000 lembar dikirim pada (10/09/2018).
Adanya kelambu sebanyak 2.400 itu dibagikan kepada penduduk dengan prioritas untuk kasus positif malaria, balita dan ibu hamil serta untuk pencegahan terhadap penularan malaria.
Kelima, Kemenkes melakukan pelatihan tenaga mikroskopis. Gold standard pemeriksaan malaria menggunakan sediaan apus darah, namun pemeriksaan juga dapat menggunakan tes cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT).
Mengingat kegiatan MBS dan MFS masih akan berlangsung dan jumlah RDT terbatas, maka dilakukan pelatihan pemeriksaan mikroskopis terhadap tenaga analis dari seluruh Puskesmas, RS dan relawan medis/paramedic di Kab Lombok Barat pada (14/09/2018). Tenaga pelatih dan pendamping berasal dari tim subdit Malaria, dan BBTKL Surabaya. Logistik untuk sediaan apus darah tersedia dalam cukup di setiap puskesmas dan RS.
Dengan adanya upaya tersebut, diharapkan KLB malaria dapat segera diatasi. Namun demikian, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya. (IR)
Sumber : Berita & foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI