Infokom DPP PPNI - Melalui kolaborasi dari semua pihak diharapkan permasalahan penanganan penyakit di tanah air dapat teratasi dengan baik dan efisien.
Sehubungan dengan penyakit Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Kondisi seperti ini terkadang disebut juga dengan TB paru.
Hingga saat ini upaya penanganan dan pencegahan penyakit TBC serta edukasi terus dilakukan dengan melibatkan pihak medis maupun non medis.
Untuk itulah Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dalam rangka menyambut Peringatan World TB Day 24 Maret 2022, menggelar kegiatan virtual konferensi pers pada Rabu (23/3/2022).
Setelah sambutan Ketua Umum PDPI DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR, dilanjutkan dengan Pembacaan Deklarasi Percepatan Penemuan Kasus dan Pengobatan TB Paru di Indonesia oleh perwakilan Pengurus PDPI.
Pada kegiatan konferensi pres kali ini menghadirkan narasumber, diantaranya Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, FISR., DR. Dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P(K)., dan DR. Dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K), FISR.
Berkaitan peran Perawat sebagai mitra Dokter dalam upaya penanganan dan penyebaran penyakit TBC ini diakui oleh Ketua Pokja Bidang Infeksi PP-PDPI pada sesi tanya jawab.
“Jadi sebetulnya sudah saya sampaikan tadi, bahwa TB ini pertamanya bukan masalah medis, jadi lebih banyak masalah non medisnya,” terang DR. Dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P(K) saat menjawab pertanyaan, Rabu (23/3/2022).
“Dan aspek medisnya bukan hanya peran Dokter saja, tapi peran Perawat, asuhan keperawatan itu sangat penting juga,” sambungnya
Bahkan menurutnya, sebaiknya saat ini ada asuhan keperawatan di komunitas, terutama bagi pasien Tb yang resisten obat, dimana biasanya pasien tersebut lebih parah dan perlu pengawasan. Dengan adanya keberadaan Perawat di komunitas itu sangat membantu.
“Jadi saya kira peran Perawat sangat penting, bukan saja untuk membantu kegiatan di poliklinik, tapi edukasi Perawat itu biasanya bahkan lebih nyampai dibanding Dokter,” ucap Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jakarta periode 2017-2020.
Dirinya beralasan dengan hal tersebut, dikarenakan Perawat itu untuk durasi waktunya atau bertemu dengan pasien jauh lebih banyak dibandingkan Dokter.
Diungkapkannya, kesempatan Perawat itu lebih banyak untuk melakukan edukasi, menyampaikan informasi tentang obat-obatan, mengingatkan kepada pasien berkaitan kapan harus kembali untuk melakukan pemeriksaan, maupun kapan pemeriksaan dahak kembali, dan lain sebagainya.
“Jadi peran Perawat sangat penting juga, dan saya selalu katakan bahwa peran itu harus dari semua aspek, jadi bukan Dokter dan Perawat saja, tapi masyarakat juga diminta,” tegasnya.
Dikatakannya juga, bahwa dari salah satu poin yang PDPI telah sampaikan adalah kolaborasi untuk penanganan Tb ini. Jadi kolaborasinya yang dimaksud adalah kalangan orang medis bersama dengan orang-orang non medis.
“Itu non medis adalah masyarakat dan juga para pemangku kebijakan,” jelas Dokter Paru ini yang juga bertugas di RSUP Persahabatan Jakarta. (IR)
World TB Day 2022 : Peran Perawat Dipentingkan & Edukasinya Lebih Sampai
Infokom DPP PPNI - Melalui kolaborasi dari semua pihak diharapkan permasalahan penanganan penyakit di tanah air dapat teratasi dengan baik dan efisien.
Sehubungan dengan penyakit Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Kondisi seperti ini terkadang disebut juga dengan TB paru.
Hingga saat ini upaya penanganan dan pencegahan penyakit TBC serta edukasi terus dilakukan dengan melibatkan pihak medis maupun non medis.
Untuk itulah Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dalam rangka menyambut Peringatan World TB Day 24 Maret 2022, menggelar kegiatan virtual konferensi pers pada Rabu (23/3/2022).
Setelah sambutan Ketua Umum PDPI DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR, dilanjutkan dengan Pembacaan Deklarasi Percepatan Penemuan Kasus dan Pengobatan TB Paru di Indonesia oleh perwakilan Pengurus PDPI.
Pada kegiatan konferensi pres kali ini menghadirkan narasumber, diantaranya Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, FISR., DR. Dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P(K)., dan DR. Dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K), FISR.
Berkaitan peran Perawat sebagai mitra Dokter dalam upaya penanganan dan penyebaran penyakit TBC ini diakui oleh Ketua Pokja Bidang Infeksi PP-PDPI pada sesi tanya jawab.
“Jadi sebetulnya sudah saya sampaikan tadi, bahwa TB ini pertamanya bukan masalah medis, jadi lebih banyak masalah non medisnya,” terang DR. Dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P(K) saat menjawab pertanyaan, Rabu (23/3/2022).
“Dan aspek medisnya bukan hanya peran Dokter saja, tapi peran Perawat, asuhan keperawatan itu sangat penting juga,” sambungnya
Bahkan menurutnya, sebaiknya saat ini ada asuhan keperawatan di komunitas, terutama bagi pasien Tb yang resisten obat, dimana biasanya pasien tersebut lebih parah dan perlu pengawasan. Dengan adanya keberadaan Perawat di komunitas itu sangat membantu.
“Jadi saya kira peran Perawat sangat penting, bukan saja untuk membantu kegiatan di poliklinik, tapi edukasi Perawat itu biasanya bahkan lebih nyampai dibanding Dokter,” ucap Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jakarta periode 2017-2020.
Dirinya beralasan dengan hal tersebut, dikarenakan Perawat itu untuk durasi waktunya atau bertemu dengan pasien jauh lebih banyak dibandingkan Dokter.
Diungkapkannya, kesempatan Perawat itu lebih banyak untuk melakukan edukasi, menyampaikan informasi tentang obat-obatan, mengingatkan kepada pasien berkaitan kapan harus kembali untuk melakukan pemeriksaan, maupun kapan pemeriksaan dahak kembali, dan lain sebagainya.
“Jadi peran Perawat sangat penting juga, dan saya selalu katakan bahwa peran itu harus dari semua aspek, jadi bukan Dokter dan Perawat saja, tapi masyarakat juga diminta,” tegasnya.
Dikatakannya juga, bahwa dari salah satu poin yang PDPI telah sampaikan adalah kolaborasi untuk penanganan Tb ini. Jadi kolaborasinya yang dimaksud adalah kalangan orang medis bersama dengan orang-orang non medis.
“Itu non medis adalah masyarakat dan juga para pemangku kebijakan,” jelas Dokter Paru ini yang juga bertugas di RSUP Persahabatan Jakarta. (IR)