Infokom DPP PPNI - Dalam rangka mengurangi penderita dan kematian pada penyakit kardiovaskular di Indonesia, World Heart Federation (WHF) dan PERKI dengan dukungan dari Pfizer, memprogramkan sasaran kepada 50 Puskesmas yang beresiko penyakit jantung tinggi pada dua propinsi di Indonesia.
Diharapkan sebanyak 2.500 orang di 35 Puskesmas di Provinsi Sulawesi Selatan dan 15 Puskesmas di Provinsi Bangka Belitung akan menjadi subyek penelitian eksperimental, edukasi publik dan strategi intervensi lainnya yang dikoordinasikan pelaksanaannya oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) yang akan bekerja sama dengan Yayasan Jantung Indonesia, perguruan tinggi dan klub jantung sehat setempat.
Pelaksanaan penelitian dan program kerjasama yang akan berlangsung selama 18 bulan ini dikemas dalam payung Independent Grant for Learning and Change (IGLC) Pfizer, untuk merumuskan upaya-upaya yang lebih baik agar dapat meningkatkan layanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya bagi mereka dengan penyakit jantung dan yang memiliki risiko tinggi atas penyakit ini di Indonesia.
”Kerjasama ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan memitigasi berbagai profil faktor-faktor risiko penyakit jantung di wilayah Indonesia dengan populasi yang memiliki risiko penyakit jantung tertinggi,”ujar Dr. dr. Ismoyo Sunu, Sp.JP(K), Ketua Umum PERKI pada acara peresmian kerjasama PERKI dan Pfizer dalam menurunkan tingkat prevalensi kardiovaskular di Jakarta, Rabu (25/4/2018) melalui siaran press releasenya.
Dari hasil riset, diketahui bahwa provinsi Sulawesi Selatan dan Bangka Belitung mewakili provinsi dengan jumlah risiko penyakit jantung yang tinggi dan ditandai oleh tingginya jumlah populasi perokok, jumlah pasien dengan tingkat kolesterol tinggi dan banyaknya kasus tekanan darah tinggi dan diabetes.
”Kerjasama PERKI dan Pfizer ini bertujuan untuk dapat mempromosikan perilaku hidup sehat pada aspek-aspek yang dapat mempengaruhi risiko terhadap penyakit jantung, sesuai dengan panduan dan ketentuan dari Yayasan Jantung Indonesia, maupun PERKI,” lanjut Ismoyo.
Berkaitan dengan upaya tersebut, maka sebagai bagian dari kerjasama ini akan dilakukan peningkatan kemampuan profesional para tenaga kesehatan umum di 50 Puskesmas pada dua provinsi penelitian untuk dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko penyakit jantung sesuai dengan panduan PERKI.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Pfizer Indonesia Pfizer, Anil Argila mengungkapkan bahwa kebanggaan Pfizer dapat bermitra dengan berbagai komunitas kesehatan global untuk meningkatkan kesehatan pasien di berbagai hal yang menjadi perhatian bersama.
“Melalui dukungan kegiatan penelitian, pembelajaran terukur dan strategi intervensi untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat. Disamping itu, Penyakit jantung kian mengkhawatirkan akibat dampak yang ditimbulkannya, baik dari sisi ekonomi karena menurunnya produktivitas pada penderita di usia produktif, maupun risiko kematian yang tinggi,” jelas Anil.
Penelitian ini bersifat independen, dalam arti kendati proyek ini didanai oleh Pfizer, namun pelaksanaan serta hasil penelitian menjadi tanggungjawab penuh PERKI sebagai lembaga yang melakukan penelitian independen. (IR)
Sumber : Siaran Pers PERKI & PFIZER
Kerjasama PERKI & PFIZER : Upaya Turunkan Prevalensi Penderita Penyakit Jantung
Infokom DPP PPNI - Dalam rangka mengurangi penderita dan kematian pada penyakit kardiovaskular di Indonesia, World Heart Federation (WHF) dan PERKI dengan dukungan dari Pfizer, memprogramkan sasaran kepada 50 Puskesmas yang beresiko penyakit jantung tinggi pada dua propinsi di Indonesia.
Diharapkan sebanyak 2.500 orang di 35 Puskesmas di Provinsi Sulawesi Selatan dan 15 Puskesmas di Provinsi Bangka Belitung akan menjadi subyek penelitian eksperimental, edukasi publik dan strategi intervensi lainnya yang dikoordinasikan pelaksanaannya oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) yang akan bekerja sama dengan Yayasan Jantung Indonesia, perguruan tinggi dan klub jantung sehat setempat.
Pelaksanaan penelitian dan program kerjasama yang akan berlangsung selama 18 bulan ini dikemas dalam payung Independent Grant for Learning and Change (IGLC) Pfizer, untuk merumuskan upaya-upaya yang lebih baik agar dapat meningkatkan layanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya bagi mereka dengan penyakit jantung dan yang memiliki risiko tinggi atas penyakit ini di Indonesia.
”Kerjasama ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan memitigasi berbagai profil faktor-faktor risiko penyakit jantung di wilayah Indonesia dengan populasi yang memiliki risiko penyakit jantung tertinggi,”ujar Dr. dr. Ismoyo Sunu, Sp.JP(K), Ketua Umum PERKI pada acara peresmian kerjasama PERKI dan Pfizer dalam menurunkan tingkat prevalensi kardiovaskular di Jakarta, Rabu (25/4/2018) melalui siaran press releasenya.
Dari hasil riset, diketahui bahwa provinsi Sulawesi Selatan dan Bangka Belitung mewakili provinsi dengan jumlah risiko penyakit jantung yang tinggi dan ditandai oleh tingginya jumlah populasi perokok, jumlah pasien dengan tingkat kolesterol tinggi dan banyaknya kasus tekanan darah tinggi dan diabetes.
”Kerjasama PERKI dan Pfizer ini bertujuan untuk dapat mempromosikan perilaku hidup sehat pada aspek-aspek yang dapat mempengaruhi risiko terhadap penyakit jantung, sesuai dengan panduan dan ketentuan dari Yayasan Jantung Indonesia, maupun PERKI,” lanjut Ismoyo.
Berkaitan dengan upaya tersebut, maka sebagai bagian dari kerjasama ini akan dilakukan peningkatan kemampuan profesional para tenaga kesehatan umum di 50 Puskesmas pada dua provinsi penelitian untuk dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko penyakit jantung sesuai dengan panduan PERKI.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Pfizer Indonesia Pfizer, Anil Argila mengungkapkan bahwa kebanggaan Pfizer dapat bermitra dengan berbagai komunitas kesehatan global untuk meningkatkan kesehatan pasien di berbagai hal yang menjadi perhatian bersama.
“Melalui dukungan kegiatan penelitian, pembelajaran terukur dan strategi intervensi untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat. Disamping itu, Penyakit jantung kian mengkhawatirkan akibat dampak yang ditimbulkannya, baik dari sisi ekonomi karena menurunnya produktivitas pada penderita di usia produktif, maupun risiko kematian yang tinggi,” jelas Anil.
Penelitian ini bersifat independen, dalam arti kendati proyek ini didanai oleh Pfizer, namun pelaksanaan serta hasil penelitian menjadi tanggungjawab penuh PERKI sebagai lembaga yang melakukan penelitian independen. (IR)
Sumber : Siaran Pers PERKI & PFIZER