Infokom DPP PPNI - Dalam rangkaian Hari Tuberkulosis Sedunia di suasana pandemi Covid-19 tetap dilakukan oleh Pemerintah Indonesia secara online.
Berdasarkan pantauan WHO Global TB Report tahun 2020, 10 juta orang di dunia menderita tuberkulosis (TBC) dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia dengan perkiraan jumlah orang yang jatuh sakit akibat TBC mencapai 845.000 dengan angka kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam (WHO Global TB Report, 2020).
Dari jumlah kasus tersebut, baru 67% yang ditemukan dan diobati, sehingga terdapat sebanyak 283.000 pasien TBC yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya.
Sebagai upaya penanggulangan TBC di Indonesia dapat dikatakan menemui banyak tantangan, diantaranya dengan munculnya pandemi Covid-19, sehingga fokus program kesehatan dialihkan untuk penanggulangan pandemi. Kondisi ini menyebabkan mereka rentan tertular TBC, ini tentunya berisiko meningkatkan jumlah kasus serta sumber penularan TBC.
Disaat memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia pada 24 Maret 2021, Indonesia berkomitmen melakukan pencegahan TBC dimulai dari diri sendiri dan keluarga sesuai dengan arahan Wakil Presiden Republik Indonesia, KH. Ma’ruf Amin.
Wakil Presiden dalam sambutannya menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk mengeliminasi TBC pada tahun 2030 sejalan dengan target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals atau SDGs.
“Saya juga mendukung sepenuhnya peringatan Hari TBC Sedunia ini untuk memperkuat komitmen kementerian/lembaga lain untuk eliminasi TBC. Saya juga mengharapkan agar dunia usaha dan akademisi perlu berperan lebih aktif dan menghasilkan terobosan-terobosan inovatif untuk penyediaan alat-alat kesehatan dan pengobatan dengan harga yang lebih terjangkau agar penanggulangan tuberkulosis berkelanjutan secara efektif dan efisien,” ungkap Wakil Presiden.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi G. Sadikin menyampaikan komitmen Indonesia dalam mencapai eliminasi TBC tahun 2030 yaitu menurunkan insiden TBC menjadi 65/100.000 penduduk agar tetap berjalan sesuai dengan trek yang seharusnya.
Budi G. Sadikin menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya baru untuk mencapai target tersebut, yakni, pertama, mengupayakan penerbitan Peraturan Presiden tentang Penanggulangan Tuberkulosis untuk memperkuat dukungan seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat; kedua, mengupayakan perjanjian kerjasama antara Kementerian Kesehatan dengan berbagai kementerian/lembaga untuk memperkuat peran dan dukungan lintas sektor; ketiga, integrasi penanganan TBC dengan stunting di 160 kabupaten/kota; dan keempat, digitalisasi pemantauan minum obat pasien TBC dan penerapan mekanisme agar pasien TBC dapat berobat sampai sembuh dalam situasi Pandemi COVID-19.
“Kita harus terus melakukan tindakan promotif preventif dibidang TBC ini, sambil kita melaksanakan aksi-aksi atau program yang sifatnya kuratif,” ucap Menkes.
Belajar dari pandemi Covid-19, persoalan data menjadi hal mendasar yang penting untuk diperhatikan. Menkes menegaskan akan terus berupaya menghadirkan data TBC yang akurat, terstruktur dan terkini, sehingga stakeholder terkait memiliki informasi yang lengkap sebagai dasar pengambilan keputusan.
Diungkapkan oleh Menkes, penanggulangan TBC di Tanah Air perlu dukungan dari seluruh elemen bangsa termasuk masyarakat sendiri.
“Tidak mungkin kita sukses mencapai angka 65/100.000 dengan hanya membuat program tanpa kita membangun gerakan dimana semua komponen bangsa bisa menyumbangkan modal sosial yang mereka miliki untuk mengatasi masalah ini,” tutur Menkes.
Terkait upaya yang dilakukan Kemenkes, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy dalam sambutannya menekankan bahwa Strategi penanggulangan Tuberkulosis melalui pendekatan sektor kesehatan saja ternyata tidaklah cukup, jajaran multisektor harus terlibat dengan berbagai intervensi pengendalian faktor risiko, baik dalam peningkatan derajat kesehatan perseorangan hingga kepada pengendalian infeksi TBC di ruang publik.
Sementara itu, Direktur Global Tuberculosis Programme WHO Terezza Kasaeva mengapresiasi kepemimpinan Pemerintah Indonesia dalam usaha penanggulangan TBC. Disampaikan dalam pidatonya bahwa kolaborasi multisektor yang dilakukan untuk menanggulangiTBC di Indonesia dapat dijadikan sebuah percontohon dan acuan untuk penanggulangan TBC di negara lain.
Dengan adanya Hari TBC Sedunia ini diharapkan dapat menjadi sebuah momen bersama baik seluruh masyarakat, pemangku kepentingan, sektor swasta, hingga tenaga pendidik untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap isu TBC dan mendukung pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Bebas TBC dengan terus menerapkan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS), makan makanan yang bergizi, serta menjaga diri dan keluarga dari TBC. Tentunya setiap detik sangat berharga untuk menyelamatkan bangsa dari Tuberkulosis. (IR)
Sumber : Berita & foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI
Hari TBC Sedunia 2021 : Harus Melakukan Tindakan Promotif Preventif
Infokom DPP PPNI - Dalam rangkaian Hari Tuberkulosis Sedunia di suasana pandemi Covid-19 tetap dilakukan oleh Pemerintah Indonesia secara online.
Berdasarkan pantauan WHO Global TB Report tahun 2020, 10 juta orang di dunia menderita tuberkulosis (TBC) dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia dengan perkiraan jumlah orang yang jatuh sakit akibat TBC mencapai 845.000 dengan angka kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam (WHO Global TB Report, 2020).
Dari jumlah kasus tersebut, baru 67% yang ditemukan dan diobati, sehingga terdapat sebanyak 283.000 pasien TBC yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya.
Sebagai upaya penanggulangan TBC di Indonesia dapat dikatakan menemui banyak tantangan, diantaranya dengan munculnya pandemi Covid-19, sehingga fokus program kesehatan dialihkan untuk penanggulangan pandemi. Kondisi ini menyebabkan mereka rentan tertular TBC, ini tentunya berisiko meningkatkan jumlah kasus serta sumber penularan TBC.
Disaat memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia pada 24 Maret 2021, Indonesia berkomitmen melakukan pencegahan TBC dimulai dari diri sendiri dan keluarga sesuai dengan arahan Wakil Presiden Republik Indonesia, KH. Ma’ruf Amin.
Wakil Presiden dalam sambutannya menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk mengeliminasi TBC pada tahun 2030 sejalan dengan target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals atau SDGs.
“Saya juga mendukung sepenuhnya peringatan Hari TBC Sedunia ini untuk memperkuat komitmen kementerian/lembaga lain untuk eliminasi TBC. Saya juga mengharapkan agar dunia usaha dan akademisi perlu berperan lebih aktif dan menghasilkan terobosan-terobosan inovatif untuk penyediaan alat-alat kesehatan dan pengobatan dengan harga yang lebih terjangkau agar penanggulangan tuberkulosis berkelanjutan secara efektif dan efisien,” ungkap Wakil Presiden.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi G. Sadikin menyampaikan komitmen Indonesia dalam mencapai eliminasi TBC tahun 2030 yaitu menurunkan insiden TBC menjadi 65/100.000 penduduk agar tetap berjalan sesuai dengan trek yang seharusnya.
Budi G. Sadikin menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya baru untuk mencapai target tersebut, yakni, pertama, mengupayakan penerbitan Peraturan Presiden tentang Penanggulangan Tuberkulosis untuk memperkuat dukungan seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat; kedua, mengupayakan perjanjian kerjasama antara Kementerian Kesehatan dengan berbagai kementerian/lembaga untuk memperkuat peran dan dukungan lintas sektor; ketiga, integrasi penanganan TBC dengan stunting di 160 kabupaten/kota; dan keempat, digitalisasi pemantauan minum obat pasien TBC dan penerapan mekanisme agar pasien TBC dapat berobat sampai sembuh dalam situasi Pandemi COVID-19.
“Kita harus terus melakukan tindakan promotif preventif dibidang TBC ini, sambil kita melaksanakan aksi-aksi atau program yang sifatnya kuratif,” ucap Menkes.
Belajar dari pandemi Covid-19, persoalan data menjadi hal mendasar yang penting untuk diperhatikan. Menkes menegaskan akan terus berupaya menghadirkan data TBC yang akurat, terstruktur dan terkini, sehingga stakeholder terkait memiliki informasi yang lengkap sebagai dasar pengambilan keputusan.
Diungkapkan oleh Menkes, penanggulangan TBC di Tanah Air perlu dukungan dari seluruh elemen bangsa termasuk masyarakat sendiri.
“Tidak mungkin kita sukses mencapai angka 65/100.000 dengan hanya membuat program tanpa kita membangun gerakan dimana semua komponen bangsa bisa menyumbangkan modal sosial yang mereka miliki untuk mengatasi masalah ini,” tutur Menkes.
Terkait upaya yang dilakukan Kemenkes, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy dalam sambutannya menekankan bahwa Strategi penanggulangan Tuberkulosis melalui pendekatan sektor kesehatan saja ternyata tidaklah cukup, jajaran multisektor harus terlibat dengan berbagai intervensi pengendalian faktor risiko, baik dalam peningkatan derajat kesehatan perseorangan hingga kepada pengendalian infeksi TBC di ruang publik.
Sementara itu, Direktur Global Tuberculosis Programme WHO Terezza Kasaeva mengapresiasi kepemimpinan Pemerintah Indonesia dalam usaha penanggulangan TBC. Disampaikan dalam pidatonya bahwa kolaborasi multisektor yang dilakukan untuk menanggulangiTBC di Indonesia dapat dijadikan sebuah percontohon dan acuan untuk penanggulangan TBC di negara lain.
Dengan adanya Hari TBC Sedunia ini diharapkan dapat menjadi sebuah momen bersama baik seluruh masyarakat, pemangku kepentingan, sektor swasta, hingga tenaga pendidik untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap isu TBC dan mendukung pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Bebas TBC dengan terus menerapkan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS), makan makanan yang bergizi, serta menjaga diri dan keluarga dari TBC. Tentunya setiap detik sangat berharga untuk menyelamatkan bangsa dari Tuberkulosis. (IR)
Sumber : Berita & foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI